teks berjalan

karmany evadhikarãste, mã phalesu kadãcana, mã karma-phala-hetur bhŭr , mã te sango ‘stv akarmani (B.G. Dwitiya adhyaya, sloka 47) -- Berbuatlah hanya demi kewajibanmu, bukan hasil perbuatan itu (yang kau pikirkan), jangan sekali-kali pahala jadi motifmu dalam bekerja, jangan pula berdiam diri tanpa kerja.

Generasi Muda Hindu Anti Narkoba

Rabu, 26 November 2014

Kunjungan Bimas Hindu Ke Muna Barat

Raha, (inmas sultra) - Dalam rangka pembinaan dan bimbingan masyarakat Hindu serta monitoring bantuan pembangunan pura, Pembimas Hindu melaksanakan kunjungan ke Kabupaten Muna Barat. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari dari 21 s.d 23 Nopember 2014. 

Kabupaten Muna di tahun 2014 ini dibagi menjadi 2 Daerah Otonomi Baru (DOB), yaitu Kabupaten/Kota Muna (Induk) dan Kabupaten Muna Barat. Daerah Muna yang banyak terdapat umat Hindunya adalah di Kabupaten Muna Barat. 

Berdasarkan informasi dari Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Muna, I Gusti Ngurah Suartana, S.Pd. yang mendampingi kami selama ada di Kabupaten Muna Barat, umat Hindu di kabupaten Muna berjumlah 800KK berdasarkan data tahun 2008, data ini belum diperbarui, diperkirakan jumlah KK di tahun 2014 ini bertambah, karena perkembangan jumlah penduduk. Di Kabupaten Muna Barat berdasarkan data PHDI Kabupaten, 30% penduduknya adalah umat Hindu. Untuk di Kabupaten Muna (induk), Umat Hindu ada sekitar 125 KK yang berada di daerah Labulu-Bulu. Daerah yang kami tuju yaitu Kecamatan Tiworo Kepulauan pun telah mengalami pemekaran akibat DOB Muna Barat, menjadi Tiworo Tengah dan Tiworo Selatan. 


Hari pertama (21/11) kami sampai di Kecamatan Tiworo Tengah, menuju Desa Wapae Jaya (SP1). Di sini kami disambut di rumah Parisada Desa Wapae Jaya, Bapak Sugiyanto, S.Ag. bersama Parisada Kecamatan Tiworo Tengah, Bapak Suwarno, S.Ag., Parisada Kabupaten Muna, Gusti Ngurah Suartana, S.Pd., Guru-Guru agama Hindu dan Pengururus Adat Desa Wapae Jaya. Di sini kami sekaligus melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap guru Agama Hindu, di mana acara telah dipersiapkan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Hindu Kabupaten Muna. Adapun guru agama Hindu PNS maupun Non PNS yang tercatat di Kabupaten Muna Barat adalah 9 (sembilan) orang.

Selanjutnya, pukul 15.00Wita oleh PHDI Kabupaten dan Guru Agama kami diajak untuk mengunjungi umat Hindu di Desa Kasimpa Jaya (SP4), Kecamatan Tiworo Selatan. Melalui jalan rusak yang belum pernah di aspal sejak masuknya trans di sini, kami disambut di Pura Bhuana Kerta, Desa Kasimpa Jaya oleh PHDI Desa, Nyoman Warsana, Ketua Adat Kasimpa Jaya, Ketut Suparta, dan beberapa Pengurus Desa lainnya. PHDI Desa menjelaskan tentang keberadaan umat di Kasimpa Jaya, Umat Hindu di Desa Kasimpa Jaya berjumlah 99KK sekitar 297 jiwa. Mereka sangat senang karena baru pertama kali dikunjungi oleh Pembimas Hindu selama bertahun-tahun mereka berada di sana. Umat pun memaklumi atas keterbatasan waktu dan SDM yang ada di Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Sultra. 

Pura Bhuana Kerta tempat pertemuan kali ini dijelaskan baru direhabilitasi, dengan iuran wajib umat, pembangunan penyengker (tembok pembatas) dan candi bisa terlaksana, besar harapan dari umat Kasimpa Jaya agar pemerintah melalui Pembimas Hindu agar bisa membantu meringankan beban umat melalui bantuan pembangunan, karena masih banyak pelinggih (bangunan pura) yang belum diperbaiki serta penyelesaian pagar pura di jaba sisi. Pembimas Hindu, Ngakan Made Sudiana menyampaikan agar PHDI melalui Panitia Pembangunan Pura agar membuat proposal permohonan, karena selama ini umat di Kasimpa Jaya belum pernah mengajukan permohonan, jadi pemerintah belum bisa membantu apabila tidak ada proposal yang masuk dari umat. 

Acara selanjutnya, Pukul 18.00Wita (21/11) kami melakukan persembahyangan bersama, di mana hari ini bertepatan dengan Tilem, bersama umat di Pura Marga Yoga, Desa Wapae Jaya (SP1), Kec. Tiworo Tengah. Selepas persembahyangan bersama acara dilanjutkan dengan kegiatan Dharma Tula (Pertemuan) di wantilan Pura Marga Yoga bersama seluruh umat Hindu Desa Wapae Jaya beserta perwakilan seluruh PHDI Desa, Pengurus Adat, PERADAH, dan Tokoh Umat Hindu se Kabupaten Muna Barat. Acara ini digagas oleh PHDI dan Peradah Desa Wapae Jaya, PHDI Kecamatan Tiworo Tengah dan PHDI Kabupaten Muna. Sambutan luar biasa kami rasakan di Kabupaten Muna Barat ini. Dipilihnya Desa Wapae Jaya sebagai lokasi pertemuan adalah karena Desa ini berlokasi ditengah-tengah di antara Desa-desa yang ada umat Hindunya. Selain itu umat di Desa Wapae ini lebih besar dari desa lainnya, yaitu 156 KK atu sekitar 620 jiwa, seperti yang dijelaskan oleh Ketua Adat Wapae Jaya, Wayan Kertiyasa. 

Tim dari Pembimas Hindu didapuk untuk memberikan dharma wacana serta dilanjutkan dengan dharma tula (tanya jawab) dari seluruh umat yang hadir. Berbagai macam keluh kesah umat disampaikan terkait tattwa dan upakara Hindu, kurangnya penyuluhan agama, kurangnya guru agama, kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan umat transmigrasi di sana, serta permasalahan-permasalahan keumatan lainnya. Acara yang dimulai pk. 19.00 wita dan selesai pk 23.30 wita ini juga diselingi dengan hiburan tari-tarian dari siswi Pasraman Surya Genitri yang ada di sana. Pembimas Hindu pada kesempatan ini juga menyerahkan bantuan Genta dan Pakaian Pemangku kepada PHDI Kabupaten Muna, guna melengkapi sarana dan prasarana Pinandita/Pemangku di sana.

Usai kegiatan hari pertama, karena sudah larut kami pun diajak menginap di rumah ketua parisada desa Wapae Jaya yang kebetulan juga adalah guru agama Hindu dari Kemenag yang bertugas di sana, karena di sekitar lokasi pembinaan tidak ada penginapan serta jika mencari penginapan lokasinya terlalu jauh menuju kota Raha. 

Hari kedua (22/11) pagi hari kami harus melanjutkan perjalanan menuju lokasi Pura yang mendapatkan bantuan pembangunan/rehabilitasi Pura tahun anggaran 2014 yaitu Pura Desa, Desa Sido Makmur dan Pura Desa, Desa Wulanga Jaya. Kedua Pura ini dibantu melalui DIPA Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Sultra masing-masing sebesar Rp20.000.000.- Namun, sebelum kami menuju kedua Pura tersebut, kami berkunjung ke gedung Pasrama Surya Genitri, pasraman ini adalah satu-satunya pasraman yang dimanfaatkan oleh seluruh siswa-siswi Hindu di sekitaran wilayah Wapae Jaya, kasimpa Jaya, Mekar Sari, dan Wulanga Jaya. Pasraman ini tahun 2013 lalu telah dibantu dari pusat guna pembangunan dan rehabilitasi gedung pasraman, namun karena besarnya bangunan pasraman, pembangunan belum bisa dituntaskan.

Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan menuju Pura Desa Wulanga Jaya (SP3). Pura ini adalah pura yang disungsung (diampu) oleh 130 KK umat Hindu. Bantuan pembangunan/Rehabilitasi Pura dari Pembimas Hindu telah direalisasikan dalam bentuk pembuatan pondasi pagar (penyengker) keliling sepanjang 290 meter. Pembangunan inipun juga didanai dari iuran wajib umat, untuk tenaganya, umat secara bergotong royong mengerjakannya. Dengan kondisi ekonomi umat yang di menengah ke bawah, dengan mengandalkan hasil pertanian, umat Hindu di Desa Wulanga Jaya cukup aktif dan bersemangat dalam membangun pura, serta mengajukan permohonan bantuan, terbukti, selain dibantu dari Kanwil kemenag Sultra, Pura Desa Wulanga Jaya ini juga dibantu dari Ditjen Bimas Hindu kemenag RI. di pusat. Hal ini tentunya terkait dengan adanya SDM penyuluh agama Hindu Non PNS yang kami tempatkan di Desa ini, sehingga umat jauh lebih terbantu. 

Selama monitoring bantuan, kami ditemani oleh Ketua PHDI Desa Wulanga Jaya, Putu Sukerta; Ketua Adat, Kadek Merta Dana; Pinandita Pura, Jero Mangku Putu Dapet, serta penyuluh Non PNS dan Guru Agama Hindu di sana.

Selanjutnya, selepas jam makan siang kegiatan kami lanjutkan menuju Pura Desa (Eka Khayangan) Desa Sido Makmur. Sesampai kami di lokasi pura, yang dipandu oleh Ketua PHDI Kab. Muna, Umat Hindu beserta pengurus telah berkumpul di jaba sisi pura. Umat di Desa Sido Makmur berjumlah 26 KK atau sekitar 115 jiwa. Ketua PHDI Desa, Ketut Sudama dalam tatap muka di Pura mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah melaui Pembimas Hindu telah meringankan beban umat di Sido Makmur, karena bantuan dari Pembimas akhirnya cita-cita umat membangun Padmasana serta kelengkapan pelinggih Pura bisa terwujud. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan Pura ini sekitar 50 juta, yang berasal dari iuran umat dan batuan Pemerintah. 

Ketua Adat Sido Makmur yang juga ketua pembangunan pura, Komang Pastra menjelaskan bahwa rencana pembangunan pura masih akan berlanjut, terkait Pura ini belum memiliki penyengker (pagar), sementara pagar yang digunakan adalah pohon semak dan kawat, juga wantilan pura yang masih darurat. Pembimas Hindu, Ngakan Made Sudiana dalam pertemuan ini menjelaskan terkait kelanjutan pembangunan pura agar umat bersabar, pelan-pelan. Umat harus bisa bernafas, apalagi penghasilan umat di Desa Sido Makmur ini sebagian besar petani. Kemudian ditambahkan lagi bahwa pemerintah dalam membantu umat memang tidak mungkin sampai kelar, bantuan ini adalah sebagai rangsangan agar umat lebih bersemangat dalam beragama. Dengan bangunan pura yang sudah baik seperti ini, diharapkan partisipasi umat ke pura lebih besar, sehingga mampu meningkatkan sradha dan bhaktinya. 

Sore hari (22/11) kami lanjutkan perjalanan mengunjungi rumah duka seorang pinandita (ulama) di wilah Desa Mekar sari (SP2) yang meninggal dan akan diupacarai (ngaben) tanggal 25 Nopember 2014. Kami ditemani oleh Ketua PHDI dan Adat Desa Mekar Sari yang kebetulan umat juga berkumpul disana dalam rangka membuat upakara pengabenan. (PKJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Menarik Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...