Pembimas Hindu, Ngakan Made Sudiana memberikan sambutan dan ucapan selamat datang pada pemerintah Kab. Karangasem di Sultra. |
Konawe Selatan, (Inmas Hindu Sultra) -- Umat Hindu UPT Amohola, Desa Puuduria, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan menyelenggarakan kegiatan Simakrama yang mengundang Pemerintah kabupaten Karangasem, Bali. Simakrama dilaksanakan pada 4 Juni 2018 bertempat di Wantilan Pura Pucak Wana Giri.
Ketua Panitia Simakrama, yang juga Ketua PHDI Desa Puuduria, Wayan Doblet Ariarsana dalam laporannya menyampaikan kondisi umat Hindu dan warga transmigrasi dari awal masuk transmigrasi tahun 2008 hingga 2018, 10 tahun bertahan di Amohola 24 KK dengan jumlah jiwa 93 jiwa. Beberapa permasalahan di lokasi juga diungkapkan terutama permasalahan sertifikat lahan, dan kemajuan umat juga disampaikan baik secara pendidikan telah berdiri Pasraman Tat Twamasi yang telah terdaftar di Dirjen Bimas Hindu Kemenag R.I., Pembangunan Pura, perkembangan ekonomi umat dan lain-lainnya. Umat juga berterima kasih atas kehadiran Pemerintah Karangasem memenuhi undangan yang telah disampaikan.
Ketua PHDI Konsel, Gusti Adi Suantara menyambut baik kehadiran Pemerintah Kabupaten Karangasem di daerah Konawe Selatan, dan menyampaikan kondisi kerukunan umat di daerah ini terjaga dengan baik.
Beliau juga menitip pesan ke Pemerintah Karangasem, terutama Depnakertrans, harapan ke depan kalau ada transmigrasi dari Bali lagi, dimohon jangan hanya mengirim 15 KK di satu lokasi, paling tidak 25 KK yg ditempatkan, karena ini terkait masuka-duka umat kita, membangun dan menyungsung Pura di daerahnya.
Pembimas Hindu, Ngakan Made Sudiana menyampaikan ucapan terima kasih dan ucapan selamat datang kepada pemerintah daerah Karangasem di Sulawesi Tenggara, beliau juga mengucapkan selamat hari raya Galungan lan Kuningan kepada umat.
Pembimas Hindu dalam sambutannya mengiyakan apa yang telah disampaikan oleh Ketua PHDI Konsel. Karena belakangan banyak daerah transmigrasi baru di Sulawesi Tenggara yang mendatangkan warga Bali sebagai peserta transmigrasi, namun jumlahnya sangat sedikit, ada yang 10 KK, 15 KK, bahkan ada yang hanya 5 KK. tentu ini akan menjadi sebuah beban bagi umat di sana untuk membangun dan menyungsung sebuah tempat ibadah. Takutnya karena merasa minoritas mereka terkonfersi ke agama lain. Sudiana juga menyampaikan terkait potensi umat Hindu di Sultra.
"Untuk Pura, di Sulawesi Tenggara terdapat 252 buah Pura Umum, Khayangan Tiga, Eka Khayangan, Prajapati, dan lainnya. Belum termasuk Pura Klen. Dari 252 Pura ini, 70% belum dalam kondisi yang representatif, karena banyak Pura yang belum memiliki penyengker. Banyak yang belum memiliki sarana prasana peribadatan yang lengkap, alih-alih memiliki Gong atau Gambelan. Masih sangat terbatas," imbuhnya.
Di mohonkan kepada Pemerintah Kabupaten Karangasem, walaupun sudah berbeda binaan, agar secara emosional tetap memperhatikan mantan warganya yang dikirim transmigrasi, melalui cara apa pun yang sesuai dengan aturan perundang-undangan. Umat di Sultra sangat memerlukan sentuhan dari semua kalangan.
Pemerintah Kabupaten Karangasem, yang diwakili Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Nyoman Suradnyana, yang didampingi Made Sujana Kabid tenaga kerja. Beliau menyampaikan permohonan maaf ibu Bupati Karangasem tdk bisa hadir karena ada kesibukan lain yang juga sangat penting, sehingga menugaskan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Kabag Kesra yang hadir memenuhi undangan umat Hindu di Desa Amohola-Puuduria ini.
“Bapak Ibu, Pemerintah Karangasem sekarang tidak bisa lagi membantu masyarakat Amohola, karena beda administrasi pemerintah. Kedatangan kami ke sini pun adalah karena kedekatan emosional yang kita jalin dari awal, kami hanya bisa membantu sebisanya kami sekarang. Ingat warga transmigrasi Bali di sini tidak boleh pulang lagi ke Bali, tetap menetap di sini, kelola lahan yang sudah diberikan, jadilah orang yang sukses diratau, di tanah transmigrasi. Nanti kalau sudah sukses, baru pulang ke Bali sebagai tamu yang liburan ke Bali. Kenapa saya katakan demikian? Karena sukses bapak di sini, punya tanah berhektar di sini kalau dijual dan di bawa ke Bali, belum tentu bapak dapat tanah satu are di Bali. Tiang tahu 2008 datang ke sini tidak ada apa-apa, sekarang sudah lebih baik lagi. Karena itu jangan pernah menyerah, bangun daerah ini agar menjadi daerah produktif,” tegasnya.
Acara Simakrama ditutup dengan Dharma Wacana, pesan dari Kepala Bagian Kesra Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem, Gede Basma yang memaparkan terkait konsep hidup rukun dan sejahtera, dengan mengamalkan ajaran Tri Hita Karana, yaitu Prahyangan, Pawongan dan Palemahan. Dilanjutkan penyerahan Bantuan buku bacaan Hindu dan Punia Pemda Karangasem kepada Umat Hindu. Kegiatan Simakrama dilanjutkan dengan Persembahyangan Bersama di Pura Puncak Wana Giri. (ft/nw:PKJ)
Sambutan Kepala Dinas Transmigrasi Kab. Karangasem |
Laporan Ketua Panitia, wayan Doblet Ariarsana |
Foto bersama |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar