Oleh : Pande Kadek Juliana,S.S.
Om Swastyastu.
A. LATAR
BELAKANG
Pembangunan
Nasional pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia. Ini berarti bahwa Pembangunan Nasional tidak hanya meningkatkan kemajuan
kehidupan di bidang fisik, tetapi juga
di bidang rohaniah keagamaan. Sehingga kehidupan manusia dan masyarakat
Indonesia menjadi lebih mantap serta memiliki lahir dan batin yang selaras,
serasi dan seimbang.
Nilai-nilai
agama memperoleh tempat dalam Pembangunan Nasional sebagai dasar, pedoman moral
dan etika. Meningkatnya kadar Sradha
dan Bhakti masyarakat menyebabkan
tata nilai kehidupan beragama yang mendukung pembangunan mulai tumbuh dan
berkembang. Oleh karena itu, kesemarakan kehidupan beragama diupayakan agar
senantiasa disertai dengan kedalaman pemahaman dan penghayatan ajaran agama.
Kedalaman
pemahaman masyarakat terhadap ajaran agamanya dapat lebih mengembangkan
perannya sebagai motivator dan dinamisator kemajuan pembangunan. Untuk itu pembinaan
kehidupan beragama perlu terus dilaksanakan, guna menumbuhkan landasan etik,
moral dan spiritual yang kokoh bagi terbentuknya akhlak dan budi pekerti yang
luhur.
Menyongsong
era globalisasi dewasa ini tantangan modernisasi disertai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut umat beragama untuk
melaksanakan reaktualisasi ajaran agamanya, karena dengan demikian agama akan
dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan peradaban dan
kemanusiaan.
Agama Hindu sebagai salah satu agama yang
besar di dunia hendaknya dihayati dengan benar sehingga mampu menyumbangkan
visi spiritual, paradigma, etik dan moral yang dapat mendungkung perkembangan peradaban. Dalam kaitan tersebut,
upaya untuk memberikan wahana terhadap pemahaman ajaran Weda bagi umat beragama
Hindu perlu diberikan porsi yang
memadai, sebab mengamalkan ajaran agama Hindu adalah untuk belajar mengatasi
ketidaktahuan dan penderitaan, serta untuk menemukan jalan yang benar guna
meraih kebijaksanaan, kedamaian dan kebahagiaan lahir maupun batin.
Teks yang bersumber dari ajaran suci
Weda mengandung nilai-nilai spiritual, etika dan estetika yang sangat tinggi
sehingga memberi tuntunan pemahaman agama Hindu mulai dari aspek Tattwa, Susila, maupun Acara/Upakara. Penyajian yang dijalin
dalam bentuk nyanyian suci keagamaan dengan irama lagu yang melankolik sangat
membantu menciptakan suasana hening, hikmat dan suci. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan keberadaannya dalam menyertai berbagai kegiatan yadnya.
Bait-bait mantra suci Weda yang
dirangkai dalam bentuk puisi menjadi Dharma Gita terasa lebih indah untuk
dinikmati. Dharma Gita sebagai nyanyian suci keagamaan Hindu memiliki peran
sangat penting dalam pembinaan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama Hindu di seluruh Indonesia.
Keberadaan Dharma Gita dikalangan umat
Hindu nusantara memiliki keragaman dalam bahasa, irama lagu, maupun cara-cara
melakukannya. Hal itu telah mengantarkan umat Hindu pada kekayaan budaya di
bidang seni yang tak terbatas dalam memberi dukungan dan membangkitkan rasa
keagamaan sesuai dengan budaya daerah masing-masing, maupun dalam meningkatkan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Hindu.
Dharma Gita sebagai budaya luhur yang
tersebar di seluruh wilayah nusantara patut dilestarikan, dibina dan
dikembangkan lebih luas lagi, tidak hanya dikalangan generasi tua maupun
tokoh-tokoh agama, melainkan juga kepada generasi muda, remaja dan anak-anak. Salah
satu media pelestarian dan pengembangan Dharma Gita adalah melalui kegiatan Utsawa
Dharma Gita seperti yang telah dilaksanakan selama ini.
Utsawa Dharma Gita untuk tingkat
nasional dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Kegiatan ini diharapkan menjadi
ajang pembuktian kemampuan olah seni suara da retorika dari para utusan seluruh
Indonesia.
Selain itu, telah diupayakan langkah
pembinaan melalui pembentukan Lembaga
Pengembangan Dharma Gita (LPDG), sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI
Nomor: 488 Tahun 2000. LPDG ini dibentuk di tingkat pusat dan daerah dengan
harapan secara organisasi LPDG mampu mengembangkan dan membina Utsawa Dharma Gita terbaik di tingkat
Nasional.
B. PENGERTIAN
UTSAWA DHARMA GITA
Berdasarkan kitab suci Weda, Utsawa
Dharma Gita pada hakekatnya adalah Phalasruti, Phalasloka dan Phalawakya.
Phalasruti mengandung makna pahala dari pembacaan kitab-kitab sruti atau wahyu
yang pada umumnya disebut mantra yang berasal dari Hyang Widhi. Phalasloka
adalah pahala dari pembacaan kitab-kitab susastra Hindu seperti kitab Itihasa,
yakni Ramayana dan Mahabarata. Phalawakya adalah tradisi pembacaan karya sastra
Jawa Kuna, berbentuk prosa atau parwa.
Utsawa berarti festival atau lomba,
sedangkan Dharma Gita adalah nyanyian suci keagamaan. Dengan demikian, Utsawa
Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan Hindu. Utsawa Dharma Gita sebagai kidung suci
keagamaan Hindu telah lama berkembang di masyarakat melalui berbagai pesantian,
baik yang ada di Bali maupun luar Bali. Sebelum menasional, Utsawa Dharma Gita
dilaksanakan Pemda Bali dalam bentuk lomba kekawin dan kidung.
Penggunaan Dharma Gita dalam berbagai
bentuk kegiatan keagamaan sangat membantu menciptakan suasana hening, hikmat/kusuk
yang dipancari getaran kesucian dengan jenis yadnya yang dilaksanakan.
C. TUJUAN
UTSAWA DHARMA GITA
Ada pun tujuan dari penyelenggaraan Utsawa Dharma
Gita Tingkat Nasional ini adalah :
a. Tujuan
Umum
1. Meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan kitab suci Weda;
2. Meningkatkan
sraddha dan bhakti sebagai landasan terbentuknya susila Hindu;
3. Melestarikan
dan mengembangkan Dharma Gita;
4. Memantapkan
kerukunan intern umat Hindu yang dinamis dan faktual;
5. Menyamakan
persepsi tentang Dharma Gita;
6. Meningkatkan
kajian terhadap kitab suci Weda.
b. Tujuan
Khusus
1. Meningkatkan
keterampilan membaca kitab suci Weda/kidung-kidung keagamaan;
2. Meningkatkan
penguasaan materi ajaran agama Hindu;
3. Memperluas
wawasan tentang kidung keagamaan daerah;
4. Merintis
kader-kader pendharmawacana;
5. Memilih
peserta terbaik Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional;
6. Menemukan
solusi terbaik berbagai permasalahan tentang penyelenggaraan Utsawa Dharma
Gita.
D. TEMPAT
PELAKSANAAN UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT NASIONAL
Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional
telah berlangsung sebelas (11) kali berturut-turut. Panitia pelaksana Utsawa
Dharma Gita Tingkat Nasional ini dibentuk dan ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Agama RI. Adapun pelaksanaan Utsawa Dharma Gita tingkat nasional
pertama sampai ke sebelas antara lain:
- Utsawa Dharma Gita pertama dilaksanakan di Denpasar-Bali, pada tahun 1978. Saat itu namanya Pembinaan Seni Sakral. Jenis kegiatannya antara lain : pembinaan nyanyian pengiring tari Sanghyang, jenis-jenis kidung dan kekawin dengan kekhasan daerah masing-masing, yang diikuti utusan se-provinsi Bali;
- Utsawa Dharma Gita II berlangsung di Denpasar pada tahun 1979. Jenis kegiatannya antara lain : parade seni, pameran foto, kekawin, kidung macepat dan phalawakya, yang diikuti oleh utusan kabupaten se-provinsi Bali;
- Utsawa Dharma Gita III juga berlangsung di Denpasar pada tahun 1980. Jenis kegiatan Utsawa yang dilaksanakan : parade seni, pameran foto, kekawin, kidung, dan phalawakya, yang diikuti utusan kabupaten se-provinsi Bali dan Lombok;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IV, berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, pada tahun 1991. Jenis kegiatannya : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih kontingen provinsi Bali;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional V, dilaksanakan di Solo, Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1993. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih Provinsi Jawa Tengah;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VI dilaksanakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada tahun 1996. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih Provinsi Bali;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VII, dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada tahun 2000. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih Provinsi Bali;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VIII, dilaksanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2002. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum kembali diraih Provinsi Bali;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX, dilaksanakan di Bandar Lampung pada tanggal 13 s/d 19 Juli 2005. Tema UDG Tingkat Nasional IX Tahun 2005 adalah : "Melalui Utsawa Dharma Gita Nasional IX Kita Tingkatkan Kesadaran Humanisme Hindu dalam Rangka Persatuan dan Perdamaian". Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka pasangan Remaja putra-putri, utsawa pembacaan Phalawakya pasangan remaja dan dewasa putra-putri, Dharma Widya tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Dharma Wacana tingkat remaja dan dewasa, utsawa kidung/lagu-lagu keagamaan daerah, sarasehan dan pameran. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX diikuti peserta dari 29 provinsi dan utusan negara sahabat seperti India. Juara umum diraih oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional X, dilaksanakan di Arena Taman Persatuan Sulawesi Tenggara, di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 4 s/d 7 Agustus 2008. Tema yang diusung dalam Utsawa Dharma Gita kali ini adalah: "Melalui Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional X Kita Tingkatkan Kesadaran Multikulturalisme Guna Mewujudkan Kebersamaan, Pengabdian dan Integritas Bangsa". UDG Nasional X Tahun 2008 diikuti oleh peserta sebanyak 1.321 orang yang berasal dari 32 provinsi. Jenis kegiatan: Pawai atau Gita Pradaksina, Utsawa atau lomba (lomba pembacaan Phalawakya, lomba pembacaan Sloka, Dharma Widya (Cerdas Cermat), lomba Dharma Wacana, lomba Menghafal Sloka, dan lomba Kidung Daerah), pameran, lomba daerah (stand pameran terindah, lomba penjor, lomba ogoh-ogoh dan lomba baleganjur), Sarasehan dan Pesamuhan Agung Parisada. Juara umum diraih oleh provinsi Bali;
- Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XI, dilaksanakan di Art Centre Denpasar Bali pada tanggal 10 s/d 14 Juni 2011. UDG kali ini dilaksanakan bertepatan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIII. Tema Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XI tahun 2011 adalah : "Melalui Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XI Kita Mantapkan Pemahaman, Penghayatan dan Pengamalan Ajaran Suci Weda serta Memperluas Wawasan Keagamaan Umat Hindu Indonesia". Utsawa Dharrma Gita Tingkat Nasional XI dibuka oleh Bapak Presiden RI. Jenis kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: Pawai Budaya Hindu, Utsawa atau lomba (Utsawa pembacaan Phalawakya, Utsawa pembacaan Mantra/Sloka, Utsawa Dharma Wacana, Utsawa Dharma Widya (cerdas cermat), Utsawa Menghafal Mantra/Sloka terbanyak, dan Utsawa Kidung Keagamaan Daerah), Pameran Budaya dan Keagamaan Hindu, Pentas Seni Bernafaskan Hindu, Sarasehan dan Tirtha Yatra. UDG Nasional XI kali ini diikuti oleh seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi) dengan jumlah peserta 1.320 orang. Juara umum diraih oleh provinsi Bali.
NB : Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XII Tahun 2014
berdasarkan hasil Sarasehan UDG Nasional XI di Bali, disepakati akan
dilaksanakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Namun, pengalaman tahun 2013
ini, Palangkaraya tidak mencukupi dalam akomodasi peserta Temu Karya Ilmiah
Nasional yang jumlah pesertanya jauh lebih sedikit dari peserta Utsawa Dharma
Gita. Oleh karena itu, kemungkinan daerah pelaksanaan UDG Nasional XII Tahun
2014 nanti akan dialihkan ke Jakarta.
Om
Santi, Santi, Santi, Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar