teks berjalan

karmany evadhikarãste, mã phalesu kadãcana, mã karma-phala-hetur bhŭr , mã te sango ‘stv akarmani (B.G. Dwitiya adhyaya, sloka 47) -- Berbuatlah hanya demi kewajibanmu, bukan hasil perbuatan itu (yang kau pikirkan), jangan sekali-kali pahala jadi motifmu dalam bekerja, jangan pula berdiam diri tanpa kerja.

Generasi Muda Hindu Anti Narkoba

Sabtu, 02 November 2013

Sekilas Utsawa Dharma Gita (UDG) Tingkat Nasional

Oleh : Pande Kadek Juliana,S.S.

Om Swastyastu.

A.    LATAR BELAKANG
         Pembangunan Nasional pada hakekatnya  adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa Pembangunan Nasional tidak hanya meningkatkan kemajuan kehidupan  di bidang fisik, tetapi juga di bidang rohaniah keagamaan. Sehingga kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia menjadi lebih mantap serta memiliki lahir dan batin yang selaras, serasi dan seimbang.

        Nilai-nilai agama memperoleh tempat dalam Pembangunan Nasional sebagai dasar, pedoman moral dan etika. Meningkatnya kadar Sradha dan Bhakti masyarakat menyebabkan tata nilai kehidupan beragama yang mendukung pembangunan mulai tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, kesemarakan kehidupan beragama diupayakan agar senantiasa disertai dengan kedalaman pemahaman dan penghayatan ajaran agama.
    Kedalaman pemahaman masyarakat terhadap ajaran agamanya dapat lebih mengembangkan perannya sebagai motivator dan dinamisator kemajuan pembangunan. Untuk itu pembinaan kehidupan beragama perlu terus dilaksanakan, guna menumbuhkan landasan etik, moral dan spiritual yang kokoh bagi terbentuknya akhlak dan budi pekerti yang luhur.
         Menyongsong era globalisasi dewasa ini tantangan modernisasi disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut umat beragama untuk melaksanakan reaktualisasi ajaran agamanya, karena dengan demikian agama akan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan peradaban dan kemanusiaan. 
      Agama Hindu sebagai salah satu agama yang besar di dunia hendaknya dihayati dengan benar sehingga mampu menyumbangkan visi spiritual, paradigma, etik dan moral yang dapat mendungkung  perkembangan peradaban. Dalam kaitan tersebut, upaya untuk memberikan wahana terhadap pemahaman ajaran Weda bagi umat beragama Hindu  perlu diberikan porsi yang memadai, sebab mengamalkan ajaran agama Hindu adalah untuk belajar mengatasi ketidaktahuan dan penderitaan, serta untuk menemukan jalan yang benar guna meraih kebijaksanaan, kedamaian dan kebahagiaan lahir maupun batin.
       Teks yang bersumber dari ajaran suci Weda mengandung nilai-nilai spiritual, etika dan estetika yang sangat tinggi sehingga memberi tuntunan pemahaman agama Hindu mulai dari aspek Tattwa, Susila, maupun Acara/Upakara. Penyajian yang dijalin dalam bentuk nyanyian suci keagamaan dengan irama lagu yang melankolik sangat membantu menciptakan suasana hening, hikmat dan suci. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan keberadaannya dalam menyertai berbagai kegiatan yadnya.
      Bait-bait mantra suci Weda yang dirangkai dalam bentuk puisi menjadi Dharma Gita terasa lebih indah untuk dinikmati. Dharma Gita sebagai nyanyian suci keagamaan Hindu memiliki peran sangat penting dalam pembinaan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Hindu di seluruh Indonesia.
      Keberadaan Dharma Gita dikalangan umat Hindu nusantara memiliki keragaman dalam bahasa, irama lagu, maupun cara-cara melakukannya. Hal itu telah mengantarkan umat Hindu pada kekayaan budaya di bidang seni yang tak terbatas dalam memberi dukungan dan membangkitkan rasa keagamaan sesuai dengan budaya daerah masing-masing, maupun dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Hindu.
       Dharma Gita sebagai budaya luhur yang tersebar di seluruh wilayah nusantara patut dilestarikan, dibina dan dikembangkan lebih luas lagi, tidak hanya dikalangan generasi tua maupun tokoh-tokoh agama, melainkan juga kepada generasi muda, remaja dan anak-anak. Salah satu media pelestarian dan pengembangan Dharma Gita adalah melalui kegiatan Utsawa Dharma Gita seperti yang telah dilaksanakan selama ini.
      Utsawa Dharma Gita untuk tingkat nasional dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Kegiatan ini diharapkan menjadi ajang pembuktian kemampuan olah seni suara da retorika dari para utusan seluruh Indonesia.
       Selain itu, telah diupayakan langkah pembinaan melalui pembentukan  Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG), sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 488 Tahun 2000. LPDG ini dibentuk di tingkat pusat dan daerah dengan harapan secara organisasi LPDG mampu mengembangkan dan membina  Utsawa Dharma Gita terbaik di tingkat Nasional.

B.     PENGERTIAN UTSAWA DHARMA GITA
      Berdasarkan kitab suci Weda, Utsawa Dharma Gita pada hakekatnya adalah Phalasruti, Phalasloka dan Phalawakya. Phalasruti mengandung makna pahala dari pembacaan kitab-kitab sruti atau wahyu yang pada umumnya disebut mantra yang berasal dari Hyang Widhi. Phalasloka adalah pahala dari pembacaan kitab-kitab susastra Hindu seperti kitab Itihasa, yakni Ramayana dan Mahabarata. Phalawakya adalah tradisi pembacaan karya sastra Jawa Kuna, berbentuk prosa atau parwa.
     Utsawa berarti festival atau lomba, sedangkan Dharma Gita adalah nyanyian suci keagamaan. Dengan demikian, Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan Hindu.  Utsawa Dharma Gita sebagai kidung suci keagamaan Hindu telah lama berkembang di masyarakat melalui berbagai pesantian, baik yang ada di Bali maupun luar Bali. Sebelum menasional, Utsawa Dharma Gita dilaksanakan Pemda Bali dalam bentuk lomba kekawin dan kidung.
    Penggunaan Dharma Gita dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan sangat membantu menciptakan suasana hening, hikmat/kusuk yang dipancari getaran kesucian dengan jenis yadnya yang dilaksanakan.

C.     TUJUAN UTSAWA DHARMA GITA
Ada pun tujuan dari penyelenggaraan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional ini adalah :
a.       Tujuan Umum
1.      Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan kitab suci Weda;
2.      Meningkatkan sraddha dan bhakti sebagai landasan terbentuknya susila Hindu;
3.      Melestarikan dan mengembangkan Dharma Gita;
4.      Memantapkan kerukunan intern umat Hindu yang dinamis dan faktual;
5.      Menyamakan persepsi tentang Dharma Gita;
6.      Meningkatkan kajian terhadap kitab suci Weda.
b.      Tujuan Khusus
1.      Meningkatkan keterampilan membaca kitab suci Weda/kidung-kidung keagamaan;
2.      Meningkatkan penguasaan materi ajaran agama Hindu;
3.      Memperluas wawasan tentang kidung keagamaan daerah;
4.      Merintis kader-kader pendharmawacana;
5.      Memilih peserta terbaik Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional;
6.      Menemukan solusi terbaik berbagai permasalahan tentang penyelenggaraan Utsawa Dharma Gita.

D.    TEMPAT PELAKSANAAN UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT NASIONAL
      Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional telah berlangsung sebelas (11) kali berturut-turut. Panitia pelaksana Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional ini dibentuk dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI. Adapun pelaksanaan Utsawa Dharma Gita tingkat nasional pertama sampai ke sebelas antara lain:
  1. Utsawa Dharma Gita pertama dilaksanakan di Denpasar-Bali, pada tahun 1978. Saat itu namanya Pembinaan Seni Sakral. Jenis kegiatannya antara lain : pembinaan nyanyian pengiring tari Sanghyang, jenis-jenis kidung dan kekawin dengan kekhasan daerah masing-masing, yang diikuti utusan se-provinsi Bali;
  2. Utsawa Dharma Gita II berlangsung di Denpasar pada tahun 1979. Jenis kegiatannya antara lain : parade seni, pameran foto, kekawin, kidung macepat dan phalawakya, yang diikuti oleh utusan kabupaten se-provinsi Bali; 
  3. Utsawa Dharma Gita III juga berlangsung di Denpasar pada tahun 1980. Jenis kegiatan Utsawa yang dilaksanakan : parade seni, pameran foto, kekawin, kidung, dan phalawakya, yang diikuti utusan kabupaten se-provinsi Bali dan Lombok; 
  4. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IV, berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, pada tahun 1991. Jenis kegiatannya : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih kontingen provinsi Bali; 
  5. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional V, dilaksanakan di  Solo, Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1993. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih Provinsi Jawa Tengah; 
  6. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VI dilaksanakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada tahun 1996. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih Provinsi Bali; 
  7. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VII, dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada tahun 2000. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum diraih Provinsi Bali; 
  8. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VIII, dilaksanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2002. Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalawakya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan dan pameran. Juara umum kembali diraih Provinsi Bali; 
  9. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX, dilaksanakan di Bandar Lampung pada tanggal 13 s/d 19 Juli 2005. Tema UDG Tingkat Nasional IX Tahun 2005 adalah : "Melalui Utsawa Dharma Gita Nasional IX Kita Tingkatkan Kesadaran Humanisme Hindu dalam Rangka Persatuan dan Perdamaian". Jenis kegiatan : parade seni, utsawa pembacaan Sloka pasangan Remaja putra-putri, utsawa pembacaan Phalawakya pasangan remaja dan dewasa putra-putri, Dharma Widya tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Dharma Wacana tingkat remaja dan dewasa,  utsawa kidung/lagu-lagu keagamaan daerah, sarasehan dan pameran. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX diikuti peserta dari 29 provinsi dan utusan negara sahabat seperti India. Juara umum diraih oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat; 
  10. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional X, dilaksanakan di Arena Taman Persatuan Sulawesi Tenggara, di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 4 s/d 7 Agustus 2008. Tema yang diusung dalam Utsawa Dharma Gita kali ini adalah: "Melalui Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional X Kita Tingkatkan  Kesadaran Multikulturalisme Guna Mewujudkan Kebersamaan, Pengabdian dan Integritas Bangsa". UDG Nasional X Tahun 2008 diikuti oleh peserta sebanyak 1.321 orang yang berasal dari 32 provinsi. Jenis kegiatan: Pawai atau Gita Pradaksina, Utsawa atau lomba (lomba pembacaan Phalawakya, lomba pembacaan Sloka, Dharma Widya (Cerdas Cermat), lomba Dharma Wacana, lomba Menghafal Sloka, dan lomba Kidung Daerah), pameran, lomba daerah (stand pameran terindah, lomba penjor, lomba ogoh-ogoh dan lomba baleganjur), Sarasehan dan Pesamuhan Agung Parisada. Juara umum diraih oleh provinsi Bali; 
  11. Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XI, dilaksanakan di Art Centre Denpasar Bali pada tanggal 10 s/d 14 Juni 2011. UDG kali ini dilaksanakan bertepatan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIII. Tema Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XI tahun 2011 adalah : "Melalui Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XI Kita Mantapkan Pemahaman, Penghayatan dan Pengamalan Ajaran Suci Weda serta Memperluas Wawasan Keagamaan Umat Hindu Indonesia". Utsawa Dharrma Gita Tingkat Nasional XI dibuka oleh Bapak Presiden RI. Jenis kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: Pawai Budaya Hindu, Utsawa atau lomba (Utsawa pembacaan Phalawakya, Utsawa pembacaan Mantra/Sloka, Utsawa Dharma Wacana, Utsawa Dharma Widya (cerdas cermat), Utsawa Menghafal Mantra/Sloka terbanyak, dan Utsawa Kidung Keagamaan Daerah), Pameran Budaya dan Keagamaan Hindu, Pentas Seni Bernafaskan Hindu, Sarasehan dan Tirtha Yatra. UDG Nasional XI kali ini diikuti oleh seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi) dengan jumlah peserta 1.320 orang. Juara umum diraih oleh provinsi Bali.

NB : Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional XII Tahun 2014 berdasarkan hasil Sarasehan UDG Nasional XI di Bali, disepakati akan dilaksanakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Namun, pengalaman tahun 2013 ini, Palangkaraya tidak mencukupi dalam akomodasi peserta Temu Karya Ilmiah Nasional yang jumlah pesertanya jauh lebih sedikit dari peserta Utsawa Dharma Gita. Oleh karena itu, kemungkinan daerah pelaksanaan UDG Nasional XII Tahun 2014 nanti akan dialihkan ke Jakarta.


Om Santi, Santi, Santi, Om.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Menarik Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...