"Veda" oleh :
I Nengah Sumendra, S.Ag.,
M.Fil.H.
(VEDA adalah Materi Orientasi
Pinandita/Pamangku Se-Prov. Sulawesi Tenggara. 06 September 2013)
I. PENGERTIAN
VEDA
Setiap umat manusia
memiliki kitab suci tanpa terkecuali, umat hindu yang merupakan agama yang
pertama yang ada menurut para ilmuwan, tetapi hal itu tidak dapat dipungkiri
memang benar dengan berbagai peningalan- peningalan yang kita warisi hingga
sekarang ini. Seperti candi atau situs-situs yang lain, yang menandakan Hindu
pernah jaya diabad yang lalu dan dasar kitab suci mereka adalah Kitab Suci veda Sebagai kitab Vahyu yang jika kita
pelajari tidak akan habis-habisnya karena Veda itu bersifat Anadi dan Ananta
atau lebih lengkapnya ” anadianantavai veda
” .
Beranjak dari kitab
Suci Veda perlu juga kita pahami tentang arti kata Veda, pengertian ataupun
Bahasa yang digunakan di dalamnya.
1.1 Arti kata Veda.
Kata Veda dapat diakaji dari 2 pendekatan
yaitu secara Etimologi dan secara Sematik. Kata Veda berasal dari urat
kata kerja Vid yang artinya mengetahui dan Veda berarti’ Pengetahuan’. Dalam
pengertian Sematik Veda berarti Pengetahuan suci, kebenaran sejati, ’
Pengetauhan tentang ritual”, kebijaksanaan yang tinggi, pengetahuan spiritual
sejati tentang kebenaran abadi, ajaran suci atau kitab suci sumber ajaran agama
Hindu.
Menurut
Maha Rsi Sayana, kata veda yang
berasal dari urat kata Vid yang
berarti ’ untuk mengetahui’ dan Veda
berarti kitab suci yang mengandung ajaran yang luhur untuk menuntun menuju
kehidupan yang lebih baik dan menghindarkanya dari berbagai bentuk kejahatan.
Menurut
Dayananda Saraswati dalam bukunya Rgvedadi Basya Bhumika menyatakan Veda
berasal dari 4 urat kata kerja, diantaranya berikut ini:
- Vid :
Mengetahui
- Vid :
Menjadi ada
- Vid :
Membedakan
- Vid :
Mencapai
Demikian pula Bloomfield dalam bukunya The Religion Of Veda menyatakan bahwa Rg
veda bukan saja monument tertua umat
manusia, tetapi juga dukumentasi ditimur yang paling tua. Susastra ini lebih
tua dari yunani maupun israel dan memperlihatkan peradaban yang tinggi diantara
mereka yang yang dapat dijumpai dalam mantra-mantra Veda (1980).
Tentang
arti Veda, Radhakrishnan lebih jauh menyatakan: ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan dalam tahap kedua disebabkan oleh pengkajian yang lebih mendetail ,
sedangkan kebijaksanaan (Veda) adalah pengetahuan tahap awal, yang diturunkan dari
prinsip tak tercipta. Jadi Veda adalah pengetahuan dan kebijaksanaan suci
dukument pertama dan tertua yang dimiliki oleh umat manusia.
1.2 Bahasa Veda.
Veda sebagai wahyu Tuhan Yang Maha Esa
diyakini kebenaranya oleh seluruh umat Hindu. Kebenaran Veda tidak diragukan
lagi.dengan demikian timbul pertanyaan, bahasa apa yang digunakan dalam Veda begitu pula huruf yang digunakan
ketika wahyu itu ditulis kembali. Nah bila kita merenungkan kembali dan
mengamati dengan seksama, maka bahasa yang digunakan dalam Veda adalah bahasa
yang digunakan oleh masyarakat ditempat wahyu itu diturunkan. Demikianlah maka
dapat kita katakan bahwa bahasa ini yang digunakan dalam Veda adalah bahasa
Sanskerta. Tepai dengan perkembangannya yang pesat setelah diturunkannya Veda kemudian para ahli membedakan
bahasa Sanskerta ke dalam 3 kelompok :
a.
Bahasa Sanskerta Veda (
Vedic Sanskrit).
b.
Bahasa Sanskerta Klasik ( Classical Sanskrit).
c.
Bahasa Sanskerta campuran ( Hybrida Sanskrit).
II.
KEDUDUKAN
VEDA
Veda diakui sebagai
kitab suci agama hindu dan veda adalah sumber ajaran agama hindu sebab dari Vedalah mengalir ajaran yang merupakan
kebenaran agama Hindu.
Ø Svami
Sivananda, seorang yogin diabad moderent ini menayatakan, Veda adalah kitab
tertua dari perpustakaan umat manusia. Kebenaran yang terjkandung dalanm semua agama berasal dari Veda dan akhirnya kembali kepada
Veda.
Ø Veda
mengandung ajaran yang memberikan keselamatan didunia ini dan diakherat nanti.
Ø Ajaran Veda
tidak terbatas hanya sebagai tuntunan hidup individu, tetapi juga dalam hidup
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
2.1 Veda sebagai Wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Veda sebagai himpunan sabda atau wahyu berasal dari : Apauruseya ( yang artinya bukan dari
purusa atau manusia), sebab para Rsi penerima wahyu berfungsi hanya sebagai
instrumen (sarana) dari tuhan yang maha Esa untuk menyampaikan ajaran suci-Nya.
Disamping itu pula ada beberapa cara seorang rsi menerima wahyu Tuhan Yang Maha
Esa yaitu melalui :
(1). Swaranada, yakni gema yang diterima oleh para
maha rsi dan gema tersebut berubah menjadi sabda atau wahyu Tuhan Yang Maha
Esa, kemudian wahyu itu disampaikan kepada para sisyanya didalam asrama
(pasraman).
(2). Upanisad, pikiran para maha Rsi dimasuki oleh sabda brahman
sehingga pikiran para maha Rsi itu berfungsi sebagai sarana yang menghubungkan
T.Y.M.E dengan para Maha Rsi.
(3). Darsana atau darsanam Rsi
atau orang suci berhadapan dengan Dewa-dewa seperti halnya arjuna dengan Dewa indra dalam mata rohaninya.
(4). Awatara, yakni manusia berhadapan dengan awatara-Nya, seperti
halnya Arjuna menerima wejangan suci Bhagawadgita
dari Sri Krsna.
2.2 Veda sebagai Sumber Hukum Hindu.
Maha
Rsi Manu, peletak dasar hukum Hindu menjelaskan bahwa Veda adalah sumber
dari segala sumber Dharma atau Hukum Hindu. seperti yang kutipkan dalam kitab Manawadharmasastra.
Tentang
kedudukan dan sumber-sumber Hukum Hindu lebih jauh diuraikan dalam kitab Manawadharmasastra, Dasar Sumber Hukum Hindu
menurut Manavadharmasastra, II.6 yang
berbunyi sebagai berikut:
“Idanim dharma
Pramanyahaa,
Vedo khilo dharma mulam,
Smrticile ca sadhunam,
Acaraccaiwa sadhunam,
Atmanastustir eva ca”.
Terjemahannya.
“Seluruh
pustaka suci Veda (Sruti dan Smerti) adalah sumber pertama dari pada dharma, kemudian juga tatacara perikehidupan orang-orang suci/
tingkah laku yang terpuji dari orang-orang budiman yang mendalami ajaran
pustaka suci Veda (Sila), lalu adat-istiadat (Acara) dan akhirnya kepuasan batin (Atmanastusti)”.
Menurut Manavadharmasastra tersebut, penjabaran ajaran agama Hindu untuk
membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhannya, sesamanya, dan
lingkungannya terdiri dari lima struktur yaitu:
1). Veda (Sruti)
2). Smrti (dharmasastra)
3). Sila (tingkah laku)
4). Acara (tradisi yang baik)
5). Atmanastuti (keheningan hati)
2.3 Nama - nama lain Kitab Suci.
Adapun nama – nama
lain kitab suci veda adalah sbb:
a. Kitab Sruti
b. Kitab Catur Veda
c. Kitab Rahasia.
d. Kitab Agama
e. Kitab Mantra
III.
SIFAT VEDA
Apakah ajaran veda masih
relepan dewasa ini? Apakah ajaran veda tidak ketinggalan jaman?
Pertanyaan-pertanyaan ini muncul mengigat usia veda sudah amat tua. Bila kita
mengkaji ajaran yang terkandung dalam kitab suci veda, ternyata ajarannya itu sangat relevan dengan perkembangan
jaman. Selanjutnya pula bila kita pahami bahwa veda adalah sabda brahman dan
sabda itu muncul dari nafasnya, maka logislah selama kelangsungan alam semesta
yang merupakn ciptaannya, selama itu ajaran Veda
relevan bagi umat manusia.
Pertanyaan diatas
dapat dimengerti dan didukung pula oleh pernyataan ” Anantavai Veda” yang artinya bahwa Veda bersifat abadi.lebih jauh
dapat ditegaskan bahwa karakteristik dari ajaran veda seperti telah disinggung
diatas adalah :
a. Veda tidak berawal, karena
merupakan sabdanya telah ada sebelum alam diciptakan oleh manusia.
b. Veda tidak berakhir karena
ajarannya berlaku sepanjang jaman.mengingat Veda berlaku sepanjang jaman maka
disebut ” Anadi Ananta”.
c. Veda Apauruseyam, tidak
disusun oleh manusia, melainkan diperoleh atau diterima oleh orang-orang suci,
Para Maharsi.
Dengan demikian Veda adalah ajaran yang mendidik umat
manusia bagaimana seharusnya hidup di dunia ini. Veda memberikan jaminan terhadap keselamatan mahluk hidup di dunia
ini, sekarang, dan pada masa yang akan datang. Ia membimbing setiap pikiran,
ucapan dan tingkah laku umat manusia sejak ia lahir sampai nafasnya yang
terakhir. Tidak terbatas untuk keselamatan individu, tetapi juga untuk
keseluruhan masyarakat.
IV.
KODIFIKASI
VEDA
Pengumpulan berbagai mantra menjadi
himpunan buku-buku adalah merupakan usaha kodifikasi Veda. Sloka-sloka yang
ribuan banyaknya telah diturunkan ke dunia ini tidak diturunkan sekaligus atau
bersamaan ditempat yang sama, melainkan tidak bersamaan dan dari jaman ke jaman
meliputi ribuan tahun. Untuk mencegah agar sloka-sloka itu jangan hilang dan
selalu dapat diingat banyaklah usaha-usaha dilakukan untuk menyusun atau
mengumpulkan sloka-sloka itu.
Didalam menyusun kembali ribuan
sloka-sloka itu tidaklah mudah mengingat umur yang sudah tua dan kemungkinan
telah banyak hilang. Ilmu menulis baru dikenal tidak lebih dari + 800 S.M.
sehingga dapatlah dibayangkan kalau sloka yang telah turun 2000 -1500 S.M.
sampai pada saat penulisannya banyak kemungkinan telah terjadi. Disinilah
kesukaran-kesukaran yang dijumpai oleh Para Wipra atau Maha Rsi didalam
menghimpun dan mensistematisir isinya. Kodifikasi yang dilakukan terhadap
sloka-sloka Veda memiliki sistem yang khusus. Kalau kita perhatikan sistem
kodifikasi itu ada beberapa kecenderungan yang dipergunakan sebagai cara
perhimpunannya yaitu :
ü Didasarkan atas usia
sloka-sloka termasuk tempat geografis turunnya sloka-sloka itu.
ü Didasarkan atas sistem
pengelompokan isi. fungsi dan guna mantra-mantra itu.
ü Didasarkan atas resensi
menurut sistim keluarga atau kelompok geneologi.
Berdasarkan
sistem pertimbangan materi dan luas ruang lingkup isinya itu jelas kalau jumlah
jenis buku Veda itu banyak. Walaupun demikian kita harus menyadari bahwa Veda
itu mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia.
Maha
Resi Manu membagi jenis isi Veda itu kedalam dua kelompok besar yang disebut :
1) Veda sruti dan
2) Veda Smrti.
Pembagian dalam dua jenis
dipakai selanjutnya untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebugai
kitab Veda baik secara tradisional maupun secara institusional ilmiah. Dalam
hal ini kelompok Veda Sruti merupakan kelompok buku yang isinya hanya memuat
“Wahyu” (sruti) sedangkan kelompok kedua Smrti adalah kelompok yang sifat
isinya sebagai penjelasan terhadap “Sruti”. Jadi merupakan “manual”, buku
pedoman yang isinya tidak bertentangan dengan sruti.
Kalau kita bnadingkan dengan
ilmu politik, “Sruti”, merupakan UUD-nya Hindu sedangkan “Smrti” adalah UU.
pokok dan UU. pelaksanaannya adalah Nibandha.
Kedua-duanya merupakan sumber hukum yang mengikat yang harus diterima. Oleh karena itu Bhagawan Manu menegaskan didalam kitabnya Manawadharmaastra II. 10.
Kedua-duanya merupakan sumber hukum yang mengikat yang harus diterima. Oleh karena itu Bhagawan Manu menegaskan didalam kitabnya Manawadharmaastra II. 10.
Srutistu wedo
wijneyo dharmasastram tu wai smrtih. te sarwarthawam imamsye tathyam
dharmahi nirbabhau.
Artinya :
Sesungguhnya Sruti (Wahyu) adalah Veda demikian pula Smrti itu adalh dharmaastra, keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dan hukum suci itu. (dharma).
Sesungguhnya Sruti (Wahyu) adalah Veda demikian pula Smrti itu adalh dharmaastra, keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dan hukum suci itu. (dharma).
Tentang sistem ini akan lebih
tampak kalau kita mendalami tiap-tiap materi isi Veda itu. Untuk mempermudah
sistem pembahasan materi isi Veda itu, dibawah ini akan dibicarakan tiap-tiap
bidang pembagian oleh Bhagawan Manu, Manawadharmasastra H, 6, 10, yaitu yang
membedakan jenis Veda itu kedalam bentuk :
1)
Sruti dan
2)
Smrti.
Untuk dapat memahami seluruh materi yang dikodifisir
didalam kedua bidang Veda itu, berikut ini akan kami uraikan berturut-turut
satu persatunya, sebagai terurai dibawah ini.
A.
Śruti
Kelompok Śruti, menurut Bhagawan Manu merupakan Veda yang sebenarnya, atau Veda originair. Menurut sifat isinya Veda ini dibagi batas tiga bagian, yaitu :
a. Bagian Mantra.
b. Bagian Brahmana (Karma Kanda).
c. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jńăna kanda).
Kelompok Śruti, menurut Bhagawan Manu merupakan Veda yang sebenarnya, atau Veda originair. Menurut sifat isinya Veda ini dibagi batas tiga bagian, yaitu :
a. Bagian Mantra.
b. Bagian Brahmana (Karma Kanda).
c. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jńăna kanda).
a. Mantra.
Bagian Mantra terdiri atas empat himpunan
(samhita) yang disebut catur Veda samhita, yaitu :
1) Rg. Veda atau Rgveda Samhita.
2) Sama Veda atau SamaVeda Samhita.
3) Yajur Veda atau YajurVeda Samhita.
4) Atharwa Veda atau AtharwaVeda
samhita.
Dari keempat kelompok Veda itu, tiga kelompok pertama sering disebut-sebut sebagai mantra yang berdiri sendiri. Karena itu disebut Tri Veda.
Pengenalan Catur Veda hanya karena
kenyataan Veda itu secara sistematik telah dikelompokkan atas empat Veda. Pembagian empat kelompok ini
itu yaitu :
· Rg Veda Samhita merupakan
kumpulan mantra yang memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan (Rc. atau
Rcas). Arc. = memuja (Arc. Rc).
· SamaVedasamhita merupakan
kumpulan mantra yang memuat ajaran umum. mengenai lagu-lagu pujaan (saman).
· Yajur Veda samhita merupakan
kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai pokok-pokok yajus,
(pluralnya Yajumsi). Jenis Veda ini ada dua macam, yaitu:
· Yajur Veda hitam (Krşņa YajurVeda) yang
terdiri atas beberapa resensi a.l. Taiyiriya samhita dan Maitrayanisamhita.
· Yajur Veda putih (Śukla yajurVeda). yang
juga disebut Wajasaneji samhita.
· Atharwa Veda samhita merupakan kumpulan
mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis (atharwan).
Kitab Rg. Veda merupakan kumpulan dari sloka-sloka yang
tertua. Kitab ini dikumpulkan dalam berbagai resensi seperti resensi Sakala,
Baskala, Aswalayana, Sankhyayana dan Mandukeya. Dari lima macam resensi ini
yang masih terpelihara adalah resensi Sakala sedangkan resensi-resensi lainnya
banyak yang tidak sempurna lagi karena mantra-mantranya hilang. Didalam
mempelajari ajaran-ajaran Hindu dewasa ini para sarjana umumnya berpedoman pada
resensi Sakala untuk mengetahui seluruh ajaran yang terdapat didalam Rg. Veda
itu. Berdasarkan resensi itu. Rg. VEDA samhita terdiri atas 1017 hymn (mantra)
atau 1028 mantra termasuk bagian mantra Walakhitanya. Atau disebut pula terdiri
atas 10580½ stanza at.au 153826 kata-kata atau 432000 suku kata.
Rg. Veda terbagi atas 10 Mandala yang tidak sama panjangnya.
Disamping pembagian atau 10 Mandala, Rg. Veda dibagi pula atas 8 bagian yang
disebut “Astaka” Mandala 2 -- 8 merupakan himpunan sloka-sloka dan
keluarga-keluarga Maha Rsi tunggal sedangkan mandala 1, 9, 10 merupakan
himpunan sloka-sloka dari banyak Maha Rsi.
SamaVeda terdiri atas mantra-mantra yang berasal dari Rg. Veda.
Menurut penelitian SamaVeda terdiri atas 1810 Mantra atau kadang-kadang ada
yang mengatakan 1875. SamaVeda terbagi atas dua bagian yaitu bagian arcika
terdiri atas mantra-mantra pujaan yang bersumber dari Rg. Veda dan bagian
Uttararcika yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Kitab ini
terdiri atas beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dan kitab-kitab yang ada,
yang masih dapat kita jumpai a.l. Ranayaniya, Kautuma dan Jaiminiya
(Talawakara). Walaupun demikian didalam usaha penulisan kembali kitab SamaVeda
itu telah diusahakan sedemikian rupa supaya tidak banyak yang hilang.
Yajur Veda
terdirii atas mantra-mantra yang sebagian besar berasal dari Rg. Veda, ditambah
dengan beberapa mantra yang merupakan tambahan baru. Tambahan ini umumnya
berbentuk prosa. Menurut Bhagawan Pataňjali, kitab ini terdiri atas 101 resensi
yang sebagian besar sudah lenyap. Kita ini terbagi atas dua aliran, yaitu:
- YajurVeda hitam (Krsna
YajurVeda). Kitab ini terdiri atas 4 resensi yaitu:
- Katakhassamhita.
- Mapisthalakathasamhita.
- Taithiriyasamhita
(Terdiri atas dua aliran yaitu Apastamba dan Hiranyakesin).
- Yajur Veda putih (śukla
yajur Veda,
juga dikenal Wajasaneyi samhita). Kitab ini terdiri atas 2 resensi yaitu :
- Kanwa dan
- Madhyandina.
Antara kedua resensi itu hanya terdapat sedikit perbedaan
YajurVeda putih ini terdiri atas 1975 mantra yang isinya umumnya menguraikan
berbagai jenis yajna besar seperti Wejapeya, Aswamedha, Sarwamedha dan berbagai
jenis yajna lainnya. Bagian terakhir dari Veda ini memuat sloka-sloka yang kemudian
dijadikan Isopanisad.
Perbedaan pokok antara YajurVeda Putih dengan YajurVeda
hitam hanya sedikit saja YajurVeda putih terdiri atas mantra-mantra dan doa-doa
yang harus diucapkan pendeta didalam upacara sedangkan mantra-mantra didalam
YajurVeda hitam terdapat pula mantra-mantra yang menguraikan arti Yajna. Bagian
terakhir ini merupakan bagian tertua dari YajurVeda itu. Di dalam Veda ini kita
jumpai pula pokok-pokok upacara Darsapurnamasa yaitu upacara yang harus
dilakukan pada saat-saat bulan purnama dan bulan gelap, disamping berbagai
jenis upacara-upacara besar yang penting artinya dilakukan setiap harinya.
AtharwaVeda yang disebut Atharwangira, merupakan kumpulan
mantra-mantra yang juga banyak berasal dari Rg. Veda. Kitab ini memiliki 5987
mantra (puisi dan prosa). Kitab ini terpelihara dalam dua resensi, yaitu:
·
Resensi
Saunaka. Resensi ini paling terkenal dan terdiri atas 21 buku.
·
Resensi
Paippalada.
b. Brahmana
(Karma Kanda)
Bagian kedua yang terpenting dan kitab Sruti ini adalah
bagian yang disebut Brahmana atau Karma Kanda. Himpunan buku-buku ini disebut
Brahmana. Tiap-tiap mantra (Rg. Sama, Yajur, Atharwa) memiliki Brahmana.
Brahmana berarti doa. Jadi kitab Brahmana adalah kitab yang berisi himpunan
doa-doa yang dipergunakan upacara yajna. Kadang-kadang Brahmana diartikan
penjelasan yang menjelaskan arti kata ucapan mantra.
Kitab Rg. Veda memiliki dua jenis buku Brahmana, yaitu
Aitareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana (Sankhyana Brahmana). Kitab Brahmana
yang pertama terdiri atas 40 Bab dan yang kedua terdiri atas 30 Bab.
Kitab SamaVeda memiliki kitab Tandya Brahmana yang juga
sering dikenal dengan nama Pancawimsa. Kitab ini memuat legenda (ceritra-ceritra
kuno) yang dikaitkan dengan upacara yajna. Disamping itu ada pula Sadwimsa
Brahmana. Kitab ini terbagi atas 25 buku dimana bagian terakhir yang terkenal
adalah kitab Adbhuta Brahmana, merupakan jenis Vedangga yang memuat mengenai
ramalan-ramalan dan penjelasan mengenai berbagai mukjizat.
YajurVeda memiliki beberapa kitab Brahmana pula. YajurVeda
hitam (Krsna YajurVeda) memiliki Taittiriya Brahmana. Kitab ini merupakan
lanjutan Taittiriya samhita Kitab ini yang menguraikan simbolisasi
,,Purusamedha” yang telah diartikan secara salah didalam tradisi YajurVeda
putih (Sukla YajurVeda) memiliki Saptatha Brahmana. Nama ini disebut demikian
karena kitab ini terdiri atas 100 adhyaya. Bagian terakhir dari kitab ini
merupakan sumber bagi kitab Brhadaranyaka upanisad. Didalam kitab Brabmana ini
mula-mula kita jumpai ceritera Sakuntala, Pururawa, Urwasi dan
ceritera-ceritera tentang ikan. Atharwa Veda ini memiliki kitab
Gopathabrabmana.
c. Upanisad
dan Arapyaka (Jńăna kanda).
Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra-mantra yang
membabas berbagai aspek teori mengenai ke-Tuhan-an. Himpunan ini merupakan
bagian Jńăna Kanda dari pada Veda Śruti. Sebagaimana halnya dengan tiap-tiap
Mantra memiliki kitab Brahmana, demikian pula tiap-tiap mantra ini memiliki
kitab-kitab Aranyaka atau Upanisad. Kelompok kitab-kitab ini disebut Rahasiya
Jñăna karena isinya membahas hal-hal yang bersifat rahasia.
Didalam penelitian mengenai berbagai naskah kitab suci Hindu
Dr. G. Sriniwasa Murti didalam introduksi kitab Saiwa Upanisad mengemukakan
bahwa tiap-tiap Sakha (cabang ilmu) Veda merupakan satu upanisad. Dari catatan
yang ada:
·
Rg.Veda
terdiri atas 2l sakha.
·
Sama
Veda terdiri atas 1000 sakha.
·
Yajur
Veda terdiri atas 109 sakha,
dan
·
AtharwaVeda terdiri atas 50 sakha.
Berdasarkan
jumlah sakha yaitu 1180 sakha maka jumlah Upanisad sayogyanya ada sebanyak 1180
buah buku tetapi berdasarkan catatan Muktikopanisad jumlah upanisad yang
disebut secara tegas adalah sebanyak 108 buah buku. Adapun perincian daripada
kitab-kitab upanisad itu adalah sebagai berikut:
· Upanisad yang
tergolong jenis Rg. Veda, yaitu antara lain: Aitareya, Kausitaki, Nada-bindu, Atmaprabodha,
Nirwana, Mudgala, Aksamalika, Tripura, Saubhagya
dan Bahwrca Upanisad, yang semuanya berjumlah sepuluh Upanisad.
· Upanisad yang
tergolong jenis Sama Veda adalah : Kena,
Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika, Yogacudamani, Wasudewa,
Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kondika, Sawirei, Rudraksajabala, Darsana dan Jabali.
Semuanya berjumlah enam belas Upanisad.
· Upanisad yang
tergolong jenis YajurVeda, adalah :
ü Untuk jenis
Yajur Veda Hitam, terdirj atas Kathawali, Taittiriyaka, Brahma, Kaiwalya,
Swetaswatara, Garbha, Narayana, Amrtabindu, Asartanada, Katagnirudra, K ausika,
Sarwasara, Sukharahasya, Tejobindu, Dhyanabindu, Brahmawidya, Yogatattwa,
Daksinamurti, Skanda Sariraka, Yogasikha, Ekaksara, Aksi, Awadhuta, Katha,
Rudrahrdaya, Yogakundalini, Pancabrahma, Pranagnihotra, Waraha, Kalisandarana
dan Saraswatirahasya. sernuanya berjumlah tiga puluh dua Upanisad.
ü Untuk Jenis
Yajur Putih, terdiri atas: Isawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa, Paramahamsa,
Subata, Mantrika, Niralambha. Trisikhibrahmana, Mandalabrahmana,
Adwanyataraka, Pingala Bhiksu, Turiyatita, Adhyatma, Tarasara, Yajnawalkya,
Satyayani dan Muktika, semuanya berjumlah sembilan belas Upanisad.
· Upanisad yang
tergolong jenis AtharwaVeda, yaitu, antara lain: Prasna, Munduka, Mandukya,
Athawasira, Atharwasikha, Brhajjabala, Nrsimhatapini, Naradapariwrajaka,
Sita, Sarabha, Mahanarayana, Ramarahasya, Ramatapini, Sandilya, Paramahamsa
pariwrajaka, Annapurna, Surya, Atma, Pasupata, Parabrahmana, Tripuratapini,
Dewi, Bhawana, Brahma, Gamapati, Mahawakya, Gopalatapini, Krsna, Hayagriwa,
Dattatreya dan Garuda Upanisad, semuanya berjumlah tiga puluh satu Upanisad.
Dengan memperhatikan deretan nama-nama kelompok Mantra,
Brahmana dan Upanisad diatas, jelas bahwa kitab Sruti meliputi jumlah yang
cukup banyak. Untuk mendalami Dharma, semua buku-buku itu adalah merupakan
sumber utama dan kedudukannya mutlak perlu dihayati.
B.
Smrti
Smrti adalah Veda juga, karena kedudukannya dipersamakan
dengan Veda (Sruti). Manawa. Dharmasastera. II.10.
Srutistu wedo wijňeyo dharmaśastram tu wai smrtih te
sarwãrtheswamimămsye tăbhyăm dharmohi nirbabhau.
Artinya:
Sesungguhnya
Sruti adalah Veda dan Smrti adalah dharmasastra; keduanya tidak boleh diragukan
karena keduanya adalah sumber dari hukum suci. Dan ketentuan itu jelas bahwa
Dharmasastra berusaha menunjukkan tingkat kedudukan Smrti sama dengan Sruti.
Dalam peterjemahan istilah Smrti itu kadang-kadang
mengandung banyak arti seperti:
·
Sejenis
kelompok buku Veda yang lahir dan ingatan.
·
Nama
untuk menyebutkan tradisi yang bersumber pada kebiasaan yang disebut di dalam Veda (Mds. II. 12.).
·
Nama
jenis kitab Dharmasastra. Istilah ini lebih sempit artinya jika dibanding
dengan istilah Smrti menurut arti kelompok a.
Menurut tradisi dan lazim telah diterima dibidang ilmiah
istilah Smrti adalah untuk menyebutkan jenis kelompok Veda yang disusun kembali
berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi
secara lebih sistematis manurut bidang profesi. Secara garis besarnya, Smrti
depat digolongkan kedalam dua kelompok Vedasmrti, yaitu:
1) Kelompok Vedangga (Batang
Tubuh Veda).
2) Kelompok UpaVeda (Veda
tambahan).
1)
Kelompok
Vedangga
Adapun
kelompok Vedangga ini terdiri atas enam bidang Veda, yaitu :
a. Siksa (Phonetika)
b. Wyakarana (Tata Bahasa)
c. Chanda (lagu)
d. Nirukta (Sinonim dan Antonim)
e. Jyotisa (Astronomi)
f. Kalpa (Ritual).
a. Sika (Phonetik)
Untuk dapat memahami Veda dengan tepat cabang ilmu Veda yang
disebut Siksa penting artinya. Kodifikasi Veda yang diuraikan berdasarkan ilmu
phonetika erat sekali hubungannya dengan ilmu Veda Sruti. Isinya memuat
petunjuk-petunjuk tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta tinggi
rendah tekanan suara. Buku-buku siksa ini disebut Pratisakhya yang dihubungkan
dengan berbagai resensi Veda Sruti. Diantara buku-buku Pratiskhya yang ada,
antara lain:
·
Rg.
Vedapratisakhya, himpunan Bhagawan Saunaka berasal dari resensi Sakala.
·
Taittiriyapratisakhyasutra
berasal dari resensi Taitiriya dari Krsna Yajur Veda.
·
Wajasaneyipratisakhyasutra
himpunan Bhagawan Katyayana berasal dari resensi Madhyandina (Sukla YajurVeda).
·
Samapratisakhya
untuk Sama Veda
·
AtharwaVedapratisakhyasutra
(caturadhyayika) untuk kitab Atharwa Veda.
Penulis-penulis lainnya yang juga membahas Pratisakhya itu
antara lain Maha Rsi Bharadwaja, Maha Rsi Wyasa (Abyasa), Maha Rsi Wasistha dan
Yajnawalkya.
b. Wyakarana (Tata Bahasa)
Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh Veda dianggap sangat
penting dan menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Veda Sruti tidak
mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Asal mula teori
pengajaran Wyakarana, bersumber pada kitab Pratisakhya.
Diantara pemuka-pemuka agama yang mengkodifikasi tata bahasa
itu antara lain
Sakatayana, Panini, Patanjali dan Yaska. Dari nama-nama itu yang terkenal adalah Bhagawan Panini yang menulis Astadhyayi dan Patanjali Bhasa. Dari Bhagawan Patanjali kita mengenal kata bhasa untuk menyebutkan bahasa sanskerta populer dan Daiwiwak (Bahasa para Dewa-Dewa) untuk bahasa sanskerta yang terdapat didalam kitab Veda, mula-mula disebut oleh Panini.
Sakatayana, Panini, Patanjali dan Yaska. Dari nama-nama itu yang terkenal adalah Bhagawan Panini yang menulis Astadhyayi dan Patanjali Bhasa. Dari Bhagawan Patanjali kita mengenal kata bhasa untuk menyebutkan bahasa sanskerta populer dan Daiwiwak (Bahasa para Dewa-Dewa) untuk bahasa sanskerta yang terdapat didalam kitab Veda, mula-mula disebut oleh Panini.
c. Chanda (lagu)
Chanda adalah cabang Veda yang khusus membahas aspek ikatan
bahasa yang disebut lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan Veda karena
dengan chanda itu semua sloka-sloka itu dapat dipelihara turun-temurun seperti
nyanyian yang mudah diingat. Di antara berbagai jenis kitab Chanda yang masih
terdapat dewasa ini adalah dua buah buku, yaitu : Nidanasutra dan
Chandasutra. Kitab terakhir ini dihimpun oleh Bhagawan Pinggala.
d. Nirukta.
Kelompok jenis kitab Nirukta isinya terutarna memuat
berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat didalam Veda.
Kitab tertua dan jenis ini dihimpun oleh Bhagawan Yaska bernama Nirukta,
ditulis pada tahun + 800 S.M. Kitab ini membahas tiga masalah yaitu :
· Naighantukakanda, memuat
kata-kata yang sama artinya.
· Naighamakanda (Aikapadika),
memuat kata-kata yang berarti ganda.
· Daiwatakanda (menghimpun nama
Dewa-Dewa r yang ada diangkasa, bumi dan surga.
e. Jyotisa (astronomi).
Kelompok Jyotisa merupakan pelengkap Veda yang isinya
memiuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam
melakukan Yajńa. Isinya yang penting membahas peredaran tata surya, bulan dan
badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan
yadnya.
Satu-satunya buku Jyotisa yang rnasih kita jumpai adalah
Jyotisawedăngga yang penulisnya sendiri tidak dikenal. Kitab ini dihubungkan dengan
YajurVeda dan Rg. Veda.
f. Kalpa.
Kelompok kalpa ini merupakan kelompok Vedangga yang terbesar
dan yang terpenting. Isinya banyak bersumber pada kitab Brahmana dan sedikit
pada kitab-kitab Mantra. Menurut jenis isinya kelompok ini terbagi atas
beberapa bidang, yaitu:
· Bidang Śrauta.
· Bidang Grhya.
· Bidang Dharma, dan
· Bidang Sulwa.
Sautra atau Śrautrasütra memuat berbagai ajaran mengenai
tatacara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, yang berhubungan dengan
upacara keagamaan baik upacara besar, upacara kecil dan upacara harian.
Demikian pula kitab Gŗhya atau Gŗhyasútra memuat berbagai
ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yadnya yang harus dilakukan oleh orang-orang
yang telah berumah tangga.
Disamping itu terdapat pula jenis kitab-kitab Kalpa yang
tergolong dalam bidang Srauta dan Gŗhya yaitu kitab Srăddakalpa dan
Pitrimedhaśütra. Kitab ini memuat pokok-pokok ajaran mengenai tata-cara upacara
yang berhubungan dengan arwah orang-orang yang telah meninggal.
Ada pula kitab Prayascittasutra yang merupakan supllemen
dari kitab Atharwa Veda.
Dari semua jenis Kalpa yang terpenting adalah bagian “Dharmasutra”, yang membahas berbagai aspek mengenai peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Demikian pentingnya kitab ini sehingga menimbulkan kesan hahwa yang dimaksud Veda Smrti adalah Dharmasastra. Para penulis Dharmasastra yang terkenal adalah :
Dari semua jenis Kalpa yang terpenting adalah bagian “Dharmasutra”, yang membahas berbagai aspek mengenai peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Demikian pentingnya kitab ini sehingga menimbulkan kesan hahwa yang dimaksud Veda Smrti adalah Dharmasastra. Para penulis Dharmasastra yang terkenal adalah :
· Bhagawan Manu.
· Bhagawan Apastamba.
· Bhagawan Bhaudhayana.
· Bhagawan Harita.
· Bhagawan Wisnu.
· Bhagawan Wasistha.
· Bhagawan Waikanasa.
· Bhagawan Sankha Likhita.
· Bhagawan Yajnawalkya. Dan
· Bhagawan Parasara.
Diantara nama-nama itu yang terkenal adalah Bhagawan Manu
(Maha Rsi Manu autor Manawadharmasastra) yang karyanya ditulis oleh Bhagawan
Bhrgu. Menurut tradisi, tiap yuga mempunyai ciri-ciri khas dan mempunyai dharmasastra
tersendiri, antara lain:
· Manu menulis
Manawadharmasastra untuk Satyayuga.
· Yajnawalkya menulis
Dharmasastra untuk Tritayuga.
· Sankha Likhita menulis
Dharmasastra untuk Dwaparayuga, dan
· Parasara menulis Dharmasastra
untuk Kaliyuga.
Walaupun pembagian itu telah ada namun secara materiil
isinya overlapping antara yang satu dengan yang lain karena itu sifatnya saling
mengisi. Bagian terakhir dari jenis Kalpa adalah kelompok kitab Sulwasutra.
Kitab ini memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat
peribadatan (Pura, Candi), bangunan-bangunan lain, dan lain-lain yang
berhubungan dengan ilmu arsitektur.
Kelompok jenis ini memiliki beberapa buku antara lain
Silpasastra, Kautama,
Mayamata, Wastuwidya, Manasara, Wisnudharmatarapurana dan sebagainya.
2) Kelompok Upadewa
Kelompok Upadewa adalah kelompok kedua yang sama pentingnya
dengan Vedangga. Kelompok ini kodifikasinya terdiri atas beberapa cabang ilmu,
yaitu:
- Jenis Itihasa.
- Jenis Purana.
- Jenis Arthasastra.
- Jenis AyurVeda. Dan
- Jenis GandharwaVeda.
1.
Jenis Itihasa.
Jenis Itihasa merupakan jenis epos yang terdiri atas dua
macam yaitu:
- Rämayana terdiri atas tujuh kanda.
- Mahabharata, terdiri atas 18 buah
Buku (Parwa) dan dua buku supplemen Mahabharata yaitu kitab Hariwamsa dan
Bhagawadgita.
Ramayana ditulis oleh Bhagawan Walmiki. Menurut tradisi,
kejadian yang dilukiskan didalam Ramayana menggambarkan kehidupan pada jaman
Tretayuga tetapi menurut kritikus Barat berpendapat bahwa Ramayana sudah
selesai ditulis sebelum th. 500 S.M. Diduga ceriteranya telah populer 3100 S.M.
Ramayana merupakan epos Aryanisasi yang ditulis dalam bentuk
stanza, meliputi 24.000 buah stanza. Penulisnya sendiri menamakannya puisi,
ăkhyăyana, gita dan samhita. Seluruh isi dikelompokkan kedalam tujuh kanda,
yaitu, Bala kanda, Ayodhyakanda, Aranyakahda, Kiskindhakanda, Sundarakanda,
Yuddhakanda dan Uttarakanda. Tiap-tiap kanda itu merupakan satu kejadian yang
menggamharkan ceritera yang menarik. Kitab ini dikenal sebagai Adikawya
sedangkan Walmiki dikenal sebagai Adikawi. Banyak gubahan ditulis dalam
berbagai bentuk versi baru seperti Ramayanatatwapadika ditulis oleh
Maheswaratirtha, Amrtakataka oleh Śri Răma, Kakawin Ramayana oleh Mpu
Yogiswara, dan sehagainya.
Tentang kedudukan Itihsa diantara Veda itu disebutkan secara
sepintas lalu saja didalam Veda Sruti dimana didalam Veda Sruti kita jumpai
istilah-istilah akhyayana. Purãna dan Itihasa. Akhyayana merupakan himpunan
ceritera-ceritera tradisi kuna dan kadang-kadang Akhyayana itu dimasukkan pula
kedalam Itihasa. Itihasa berasal dari tiga kata yaitu Iti — ha — asa
yang artinya : ”Sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya”. Jadi Itihasa
memuat unsur sejarah yang memuat macam-macam isi. Menurut kritikus Barat,
Ramayana dibandingkan sebagai kitab Illiad karya Homer.
Berbeda halnya dengan Ramayana, Mahabharata, lebih muda
umurnya dan menurut Prof. Pargiter kejadian Bhäratayuddha diperkirakan pada +
950 S.M. Tetapi tradisi meletakkan kejadian itu pada permulaan zaman kaliyuga,
3101 S.M. Kitab Mahabharata menceriterakan kehidupan keluarga Bharata dan
isinya menggambarkan pecahnya perang saudara antara bangsa Arya sendiri. Kitab
ini meliputi 18 buah buku (Parwa) yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa,
Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa
Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasana parwa, Aswamedhikaparwa,
Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprasthanikaparwa dan Swargarohana parwa.
Parwa ke 12 yang merupakan parwa terpanjang yaitu meliputi 14000 stanza.
Seluruh parwa meliputi 8 x besarnya Illiad dan Odyessy.
Menurut tradisi Mahabharata ditulis oleh Bhagawan Wyasa
(Abyasa). Disamping kedelapan belas Parwa itu terdapat pula dua buku suplemen
yaitu Hariwamsa dan Bhagawadgita. Bhagawan Wyasa dikenal pula dengan nama
Krsnadwipayana, putra Maha Rsi Parasara. Maha Rsi Abyasa (Wyasa) terkenal bukan
saja karena karya Mahabharata-nya tetapi juga karena karyanya dalam usaha
menyusun sistematika Veda yang disumbangkan dalam menyusun kodifikasi catur Veda
itu.
Mahabharata banyak menggambarkan kehidupan keagamaan, sosial
dan politik menurut ajaran Hindu, yang mirip dengan Dharmasastra dan
Wisnusmrti. Hariwamsa membahas mengenai asal mula keluarga Bhatara Krsna seperti
pula yang dapat kita jumpai didalam Wisnupurana dan Bhawisyaparwa.
2.
Jenis
Purana.
Jenis ini merupakan kumpulan ceritera-ceritera kuno yang
isinya memuat ,,case law” dan tradisi tempat setempat. Adapun jenis-jenis kitab
Purana itu ialah Bhrahmanda, Bhrahmawaiwarta, Markandya, Bhawisya, Wamana,
Brahma, Wisnu, Narada, Bhagawata, Garuda, Padma, Waraha, Matsya, Kurma Lingga,
Siwa, Skanda, dan Agni.
Kadang-kadang ada pula yang menambahkan dengan nama
Wayupurana, tetapi nyatanya kitab ini kadang-kadang dikelompokkan kedalam kitab
Bhagawata purana. Berdasarkan sifatnya kedelapan belas purana itu dibagi atas
tiga kelompok, yaitu:
· Stwikapurana terdiri dan
Wisnu, Nrada, Bhgawata, Garuda, Padma dan Waraha.
· Rajasikapurana terdiri dari
Brahmanda, Brahmawaiwarta, Markandeya Bhawisya, Wamana dan Brahma.
· Tamasikapurãna terdiri dari
Matsyapurana, Kúrmapurana, Linggapurana, Siwapurana, Skandapurana dan
Agnipuräna.
Kitab-kitab Purana sangat penting karena memuat
ceritera-ceritera yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah
dijalankan. Kitab ini merupakan kumpulan-kumpulan jurisprudensi. Pada umumnya,
suatu Purana yang lengkap dan baik memuat lima macam pokok isi. Menurut
Wisnupurana III. 6. 24, meliputi hal-hal sebagai berikut:
· Ceritera tentang pencipta
dunia (cosmogony).
· Ceritera tentang bagaimana
tanda dan terjadinya pralaya (qiamat/akhir jaman).
· Ceritera yang menjelaskan
silsilah dewa-dewa dan bhatara.
· Ceritera mengenai jaman Manu
atau Manwantara dan
· Ceritera mengenai silsilah
keturunan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa.
Difinisi di atas tidaklah selalu sama, karena pada umumnya
kitab-kitab Purana lainnya tidak sebanyak itu masalah isinya. Isi kitab-kitab
Purana lainnya memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang ceritera
kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan
puasa, tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara
bertirtayatra atau berziarah ketempat-tempat suci. Adapun peranan terpenting
dari Purana ialah: karena kitab-kitab memuat pokok-pokok ajaran mengenai
Theisme (Ke- Tuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu.
Kitab-kitab Purana ini banyak yang telah digubah ke dalam
bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi yang dipelihara diberbagai Puri. Umumnya
masih dalam rontal/lontar. Sejarah penulisan Purana dimulai pada tahun 500 S.M.
dan mencapai kesempurnaan pada ÷ tahun 600 M. ketika Maha Raja Harsa Wardana
memerintah wilayah Aryawarta. Sebagai diketahui bahwa jaman pemerintahan
Harsawardana adalah merupakan zaman keemasan Hindu sehingga para pemuka-pemuka
agama benar-benar memanfaatkan waktunya untuk pengabdian sepenuhnya bagi
kepentingan agama.
3.
Arthasastra.
Jenis arthasastra adalah jenis ilmu pemerintahan Negara.
Isinya merupakan pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Ada beberapa buku yang
dikodifikasikan menurut bidang ini antara lain, kitab Usana. Nitisara,
Sukraniti dan Arthasastra. Jenis terakhir inilah yang paling lengkap.
Pokok-pokok ajaran Arthasastra terdapat pula didalam
Ramayana dan Mahabharata. Sebagai cabang ilmu, jenis iimu ini disebut
Nitisastra atau Rajadharma atau Dandaniti. Bhagawan Brhaspati mempergunakan
istilah Arthasastra, yang kemudian, Kautilya (Canakya) didalam menulis kitabnya
mempergunakan istilah Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal dibidang Nitisastra
mewakili empat pandangan teori ilmu politik, yaitu Bhagawan Brhaspati, Bhagawan
Usana, Bhagawan Parasara dan Rsi Canakya sendiri. Penulis-penulis lainnya
seperti Wisalaksa, Bharadwaja, Dandin dan Wisnugupta banyak pula sumbangan
mereka.
Jenis-jenis Arthasastra yang banyak digubah di Indonesia
adalah jenis Usana dan Nitisara disamping catatan-catatan kecil yang
merupakan ajaran nibandha didalam bidang nitisastra.
Umumnya naskah-naskah itu tidak lengkap lagi sehingga bila
ingin mengadakan rekonstruksi diperlukan data-data dan bahan-bahan lain untuk
penulisannya kembali.
4.
ÃyurVeda
Jenis kitab yang dikodifikasikan dibawah titel isi adalah
kitab-kitab yang menurut materi isinya menyangkut bidang ilmu kedokteran. Ada
banyak buku terkenal antara lain AyurVeda, Carakasamhita, Susrutasamhita
Kasyapasamhita Astanggahrdaya, Yogasara dan Kamasutra.
Pada umumnya kitab AyurVeda erat sekali hubungannya dengan
kitab-kitab Dharmasastra dan Purana. Ajaran umum yang menjadi hakekat isi
seluruh kitab ini adalah menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rokhani dengan
berbagai sistim sifatnya. Jadi AyurVeda adalah filsafat kehidupan baik etis
maupun medis. Oleh karena itu luas lingkup bidang isi ajaran yang
dikodifikasikan didalam bidang AyurVeda ini meliputi bidang yang sangat luas
dan yang merupakan hal-hal yang hidup.
Menurut materinya, Ayur Veda meliputi delapan bidang ajaran
umum, yaitu:
· Salya yaitu ajaran mengenai
ilmu bedah.
· Salkya yaitu ajaran mengenai
ilmu penyakit.
· Kayakitsa yaitu ajaran
mengenai ilmu obat-obatan.
· Bhutawidya yaitu ajaran
mengenai ilmu psikotherapy.
· Kaumarabhrtya yaitu ajaran
mengenai pendidikan anak-anak dan merupakan dasar bagi ilmu jiwa anak-anak.
· Agadatantra yaitu ilmu
toxikoloki.
· Rasayamatantra yaitu ilmu
mukjizat,
· Wajikaranatantra yaitu ilmu
jiwa remaja.
Diantara jenis-jenis buku AyurVeda yang banyak disebut
namanya disamping AyurVeda yang ditulis oleh Maha Rsi Punarwasu, terdapat pula
kitab Carakasamhita. Kitab inipun memuat delapan bidang ajaran, yaitu:
· Sutrathana yaitu ilmu
pengobatan.
· Nidanasthana yaitu ajaran umum
mengenai berbagai jenis penyakit yang umum.
· Wimanasthana yaitu ilmu
pathology.
· Sarithana yaitu ilmu anatomi
dan emberiology.
· Indriyasthana yaitu mengenai
bidang diagnosir dan pragnosis.
· Cikitsasthana yaitu ajaran
khusus mengenai pokok-pokok ilmu therapy.
· Kalpasthana.
· Siddhisthana.
Kedua bidang terakhir merupakan ajaran umum mengenai
pokok-pokok ajaran umum dibidang therapy. Kitab terakhir ini telah
diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan Persia pada tahun 800 M. Kitab
Susrutasamhita terutama menekankan ajaran umum dibidang ilmu bedah dengan
mengemukakan berbagai alat yang dapat dipergunakan didalam melakukan
perbedahan. Buku ini ditulis oleh Susanta. Nama beliau terkenal sampai ke dunia
Barat pada abad ke IX.
Kitab Yogasara dan Yogasastra ditulis oleh Bhagawan
Nagarjuna. Isinya memuat pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan dengan sistem
anatomi yang penting artinya didalam pembinaan kesehatan jasmani dan rokhani.
Merupakan cabang ilmu AyurVeda juga disebut kitab Kamasastra. Kitab ini tegolong
dalam bidang ilmu Wajikaranatantra. Kitab Kamasastra yang terpenting adalah
karya Bhagawan Watsyayana. Menurut penelitian kitab ini ditulis sebelum abad II
Masehi.
5.
GandharwaVeda.
Jenis kitab
yang dikodifikasi dibawah titel ini adalah kitab yang membahas berbagai aspek
cabang ilmu seni. Ada beberapa buku penting antara lain Natyasastra meliputi
NatyaVedagama dan Dewadasasahasri, disamping buku-buku lain seperti Rasarnawa,
Rasaratnasamuccaya dan lain-lain. Jenis kitab ini belum banyak digubah di Indonesia.
Dari uraian
diatas maka jelas bahwa kelompok Veda smrti meliputi banyak buku dengan
berbagai sub titelnya yang kodifikasinya mengkhusus menurut jenis bidang ilmu
tertentu. Dengan uraian ini kiranya telah dapat diperkirakan betapa luas Veda
itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Didalam menggunakan ilmu Veda
itu yang perlu adalah disiplin ilmu karena tiap ilmu akan menunjuk pada satu
aspek dengan sumber-sumber yang pasti pula. Inilah yang perlu diperhatikan dan
dihayati untuk dapat mengenal isi Veda secara sempurna.
C.
NIBANDHA
Kelompok
buku-buku yang tidak merupakan kelompok Veda tetapi isinya memberi pandangan
tersendiri baik yang sependapat ataupun yang bertentangan dengan argumentasi
atau alasan-alasan yang meyakinkan tetang kebenaran ajaran yang diketengahkan
adalah merupakan kitab-kitab yang dapat digolongkan sebagai kelompok Nibandha. Sifatnya dapat
berbentuk komentar, kritik atau ulasan-ulasan yang berdiri sendiri atau yang
dikaitkan dengan salah satu pasal atau buku yang tergolong kelompok Veda. Ini
penting karena apapun yang akan diketengahkan setidak-tidaknya ada kaitannya
dengan Veda.
Secara
tradisional sifat pengkaitan itu dibedakan antara bentuk sifat yang ortodok dan
dengan yang bersifat hetherodok. Yang ortodok mengkaitkan langsung dengan
sumber induknya, yaitu Veda, sedangkan yang hetherodok, tidak bersumber pada Veda
melainkan berdiri sendiri dan Veda dianggap sebagai produk tidak otoriter bagi
mereka. Golongan terakhir ini terdiri dari golongan Buddhis, Jaina dan
Lokayatika yang ajarannya tersimpul dalam banyak buku. Walaupun demikian dari
segi Hinduisme golongan Hetherodox ini adalah golongan Hindu pula.
Jenis
kitab-kitab Nibandha itu banyak dan merupakan hasil karya ilmiah dari
tokoh-tokoh pemuka agama Hindu. Karya mereka langsung membahas berbagai aspek
terhadap berbagai persoalan menurut bidang ilmu yang terdapat dan tersebar
didalam Veda. Kitab ”gubahan”
yang terdapat banyak sesudah Veda Sruti dan Srnrti itu adalah merupakan karya
Nihandha. Dalam hal ini misal Sarasamuccaya adalah tergolong jenis Nibandha
dalam rangkaiannya dengan Itihasa. Demikian pula kitab-kitab rontal/lontar yang
memuat berbagai ajaran yang merupakan gubahan baik langsung maupun tak
langsung, semuanya adalah merupakan kitab-kitab Nibandha.
Kitab-kitab filsafat seperti
Purwamimamsa adalah digubah berdasarkan bagian-bagian tertentu dari kitab
Brahmana dan demikian pula kitab-kitab Bhasya karya Sahara, Brhattika karya
Kumarih, Sarasamuccaya karya Kathyayana (Wararuci) dan sebagainya.
Jadi sangat
hanyak kitab yang penting yang perlu dikenal dibidang Nihandha itu. Kitab agama
yang juga dikenal sebagai kitab Tantra, Brahmasutra, Vedantasutra, Wahya,
Brahmamimamsa, Uttaramimamsa, dan berbagai nama-nama buku sebagaimana disebut
didalam buku Vedaparikrama dan halaman 15 - 21, semuanya adalah tergolong jenis
Nibandha.
Semua jenis
Nibandha itu merupakan sumber ke II yang menurut ajaran pokok-pokok ajaran
Hindu yang penting pula artinya. Untuk itu bila hendak menghayati ajaran Veda
sebagaimana dikehendaki menurut ketentuan-ketentuan umum itu maka jelas peranan
Nibandha menentukan arah perkembangan ajaran agama. ini tidak bertentangan dengan
ajaran umum didalam Veda karena untuk menghayati Veda dianjurkan agar kita
harus membaca semua atau kita harus mampu memahami dan berpandangan luas.
Dengan demikian peranan ajaran Atmanastusti mempengaruhi perkembangan Nibandha.
Dengan uraian
singkat ini kiranya cukup dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian ajaran
Nibandha dalam rangkaian seluruh kitab Veda itu. Selanjutnya tergantung dan kita
masing-masing bagaimana mamanfaatkan materi yang ada sebaik-baiknya.
Dalam hal
ini, Veda membuka jalan yang lebih bijaksana dengan menetapkan fungsi dan tugas
,,Lembaga Parisada” sebagai lembaga majelis agama yang mempunyai fungsi
judikatip bagi masyarakat Hindu. Tentang kedudukan Parisada ini diatur didalam Veda
Smrti. (Manawadharmasastra XII. 109-115) yang perumusannya berbunyi sebagai
berikut:
Ds. XII. 108.
Anamnatesu dharmesu
katham syaditi ced bhawed.
yam sista brahmana bruyuh sadharmah syadacamkitah.
Artinya: :
Kalau ditanya bagaimana hukumnya sedangkan ketentuan itu belum dijumpai secara khusus maka para sista (ahli) dalam bidang itu akan menetapkannya sebagai ketentuan yang mempunyai kekuatan hukum.
Kalau ditanya bagaimana hukumnya sedangkan ketentuan itu belum dijumpai secara khusus maka para sista (ahli) dalam bidang itu akan menetapkannya sebagai ketentuan yang mempunyai kekuatan hukum.
M. Ds. XII. 109.
Dharmendhigatoyoistu Vedah saparibrhanah,
tesista brahmãna jneyah sruti praptyaksahetawah.
Dharmendhigatoyoistu Vedah saparibrhanah,
tesista brahmãna jneyah sruti praptyaksahetawah.
Artinya:
Para Brahmana yang tergolong sista menurut Veda, adalah mereka yang mempelajari Veda lengkap dengan bagian-bagiannya dan dapat membuktikan pandangannya dari segi Sruti.
Para Brahmana yang tergolong sista menurut Veda, adalah mereka yang mempelajari Veda lengkap dengan bagian-bagiannya dan dapat membuktikan pandangannya dari segi Sruti.
M Ds. XII. 110.
Dasãwarã wã parisadyam
dharma parikalpayet,
tryawarã wa’pi wrttasthä tam dharma na
wicalayet.
Artinya :
Apapun juga bentuk Parisada itu jumlah anggotanya sekurang-kurangnya terdiri atas sepuluh orang atau tiga orang yang sesuai menurut fungsi jabatannya; keputusannya dinyatakan sah dan mempunyai kekuatan sah yang tidak boleh dibantah.
Apapun juga bentuk Parisada itu jumlah anggotanya sekurang-kurangnya terdiri atas sepuluh orang atau tiga orang yang sesuai menurut fungsi jabatannya; keputusannya dinyatakan sah dan mempunyai kekuatan sah yang tidak boleh dibantah.
M. Ds. XII. 111.
Traiwidyohaitukastarkamairuktodharma patnakah
trayascasraminahpurwe parisatsyad dasãwarã.
Artinya :
Tiga orang ahli dibidang Veda, seorang ahli dibidang lokika. seorang ahli dibidang Mimamsa, seorang ahli dibidang Nirukta, seorang ahli didalam pengucapan mantra dan tiga orang dari jenis golongan pertama merupakan anggota Parisada ahli yang terdiri atas 10 anggota.
M Ds. XII. 112.
Rg. Veda widyajurwicca samaVeda widewaca tryawarã parisajjneyãdharma samsaryanirnaye.
Tiga orang ahli dibidang Veda, seorang ahli dibidang lokika. seorang ahli dibidang Mimamsa, seorang ahli dibidang Nirukta, seorang ahli didalam pengucapan mantra dan tiga orang dari jenis golongan pertama merupakan anggota Parisada ahli yang terdiri atas 10 anggota.
M Ds. XII. 112.
Rg. Veda widyajurwicca samaVeda widewaca tryawarã parisajjneyãdharma samsaryanirnaye.
Artinya :
Seorang yang ahli dibidang Rg. Veda, seorang yang mengerti YajurVeda dan seorang yang mengerti SamaVeda dinyatakan merupakan tiga anggota majelis Parisada yang mempunyai wewenang dalam memutuskan bila perumusan hukum Hindu itu diragukan.
Seorang yang ahli dibidang Rg. Veda, seorang yang mengerti YajurVeda dan seorang yang mengerti SamaVeda dinyatakan merupakan tiga anggota majelis Parisada yang mempunyai wewenang dalam memutuskan bila perumusan hukum Hindu itu diragukan.
Dari lima
contoh diatas maka jelas bahwa lembaga Parisada mempunyai peranan penting pula
sebagai lembaga yudikatip dalam menentukan rumusan-rumusan yang diperlukan
karena suatu hal pasal-pasal yang diperlukan dibidang agama belum dijumpai atau
masih diragukan.
Dengan
berpedoman pada naskah-naskah ini maka tidaklah begitu sulit dalam
mempergunakan Veda itu. Yang terpenting didalam penggunaan Veda ini seseorang
harus memahami masalahnya dan mengetahui kira-kira tentang masalah yang
dihadapi serta letak dimana ketentuan hukum itu akan dijumpai. Inilah
yang merupakan ajaran umum yang perlu dihayati bagi setiap Hindu dan mereka
yang akan menyimpulkan berbagai tradisi Hindu menurut Veda.
V.
PENYEBARAN
AJARAN VEDA
Penyebaran ajaran Veda didasarkan ketentuan Rg Veda X. 71.
(3) Berdasarkan sloka-sloka itu, sabda-sabda dalam Veda akan tersebar luas
serta menjadi populer melalui gita dan lagu yang disampaikan melalui yadnya.
Dengan demikian maka Veda akan didengar oleh masyarakat umum tanpa mengenal
batas karena golongan.
Menurut Rg. Veda X. 71. (4) menyebutkan adanya empat macam
orang yang akan menyebarkan ajaran Veda menurut profesi mereka masing-masing.
Keempat tipe itu merupakan sistim penyebaran ajaran yaitu:
Ø Ahli kawisastra akan
menyebarkan ajaran Veda melalui profesi mereka, misalnya dengan menyusun
tulisan-tulisan kawi atau puisi dan melagukannya sehingga setiap orang dapat
turut mendengar, menikmati keindahan isi serta bentuk gubahan sastra.
Ø Seniman akan menyebarkan
ajaran Veda melalui profesi mereka, misalnya dengan menyanyikan atau melakukan
ajaran itu sehingga setiap orang ikut menikmati keindahan gubahan isinya
melalui gubahan lagu-lagunya. Dengan demikian dilagukannyalah sabda sabda itu
dalam bentuk nyanyian, kekidungan dan lain-lain baik dalarn bentuk macapat
maupun dalam bentuk kekawin seperti Gayatri, Usnik, Anustub, Brihati, Pankti,
Tristub, Jagati, Mandamalon dan sehagainya.
Ø Ahli-ahli yang akan membahas,
menggubah, mengembangkan dan sebagainya, sehingga isinya dapat dimengerti,
dirasakan dan dihayati sepenuhnya baik secara populer maupun secara ilmiah.
Melalui kaca mata ahli inilah ajaran Veda itu disebarkan dan diyakini oleh
setiap pembacanya.
Ø Pendeta-pendeta pemimpin
upacara yadnya yang akan merumuskan, membudayakan dan mengembangkan melalui
cara doa-doa, improvisasi, penghayatan secara mistik sehingga keseluruhan
ajarannya dapat dinikmati serta dihayati oleh seluruh lapisan masyarakat, baik
mereka yang berpikiran maju maupun yang masih sederhana jalan pikirannya.
Pandita akan mengucapkan mantra-mantra dengan menghayati dan melagukannya
sedangkan yang lain mendengar dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan
oleh pandita itu. Ajaran inipun diketengahkan didalam Yajur Veda XII. 1. 1.
Berdasarkan sistem
yang telah dikemukakan di atas
yang diungkapkan berdasarkan Rg. Veda X, 73 (3 - 11) diatas dapatlah diharapkan
ajaran Veda itu akan tersebar luas. Disamping itu menurut Yajur Veda XVI. 1 - 3
dan demikian pula menurut Rg. Veda II (23) bahwa ajaran Veda harus dipopulerkan
dan diajarkan kepada semua golongan tanpa membeda-bedakan golongan mereka.
Ajaran Veda hukan saja harus dihayati oleh golongan Dwijati saja, melainkan
kepada Sudra dan orang yang bukan Hindupun dapat diajarkan Veda itu. Dengan demikian
ajaran Veda menjadi populer dan dapat merobah dunia dengan menjadikan pembaca
atau penghayatannya menjadi orang yang baik. Orang baik menurut ajaran Veda itu
disebut dengan istilah Arya (Rg. Veda IX. 635). Spirit ajaran inilah juga yang
membuat Asoka, seorang raja Buddhis bersemangat menyebarkan ajaran ”dharma”
dengan menamakan dirinya sebagai kekasih dewata yang menaklukkan dunia melalui
ajaran kedharmaannya. Disamping itu, Hindu mempunyai sistim lain dalam
penyebaran ajaran Veda secara populer, yaitu dengan mengintrodusir ajaran Rsi
yajna atau Brahma yajna. Ajaran ini dimaksudkan agar dipatuhi dan karena itu
ajarannya bersitat obligatos. Melalui sistim TRI RNA (Tiga Macam Hutang), yaitu
Dewa Rna, Rsi Rna dan Pitri Rna, maka ajaran Rsi Rna inilah dikembangkan ajaran
Rsi Yajna yang menurut Manawadharmasastra, yajna itu dapat dilakukan dengan :
Ø menghormati Pandita Brahmana
dengan ajaran daksinanya.
Ø mewajibkan membaca atau
mempelajari Veda baik melalui guru (acarya) maupun dengan cara belajar sendiri
(guruswadhyaya).
Ø memperingati hari turunnya Veda,
misalnya menyelenggarakan hari ,,Saraswati” sebagai hari turunnya Veda.
Untuk
memantapkan penyebaran ajaran Veda, diketengahkan pula ajaran mengenai pahala
sebagai akibat atau rakhmat bagi seseorang yang mempelajari atau membaca Veda.
Untuk
dapat menghayati beberapa pahalanya didalam mempelajari Veda itu, Maha Rsi Manu
didalam Manawadharmasastranya, menyatakan hal-hal sebagai berikut :
M. Dhs. II. 14.
Srutidwaidam tu
yatrasyãt tatra dharmwubhau smrtau,
ubhãwapi hi tau dharmau samyang uktau manisibhih.
Artinya :
Pengetahuan smrti diwajibkan bagi mereka yang berusaha memperoleh pahala materiil dan kebahagiaan duniawi sedangkan mereka yang ingin memperoleh pahala rokhani itu, Sruti adalah mutlak.
ubhãwapi hi tau dharmau samyang uktau manisibhih.
Artinya :
Pengetahuan smrti diwajibkan bagi mereka yang berusaha memperoleh pahala materiil dan kebahagiaan duniawi sedangkan mereka yang ingin memperoleh pahala rokhani itu, Sruti adalah mutlak.
M Dhs. II. 26.
Waidikaih karmabhih
punyair nisekãdir dwijan manam,
karyah sarirasamskarah pwanah pretya ceha ca.
karyah sarirasamskarah pwanah pretya ceha ca.
Artinya :
Dengan melaksanakan upacara-upacara keagamaan yang diwajibkan oleh Veda, upacara praenatal dan samskara serta upacara-upacara lainnya akan mensucikan badan serta membersihkan diri seseorang dan dosa-dosanya setelah mati.
Dengan melaksanakan upacara-upacara keagamaan yang diwajibkan oleh Veda, upacara praenatal dan samskara serta upacara-upacara lainnya akan mensucikan badan serta membersihkan diri seseorang dan dosa-dosanya setelah mati.
M. Dhs. III. 66.
Mantratastu smrddhãni kulãnyalpa dhanãnyapi, kulasamkahyãm ca gachanti karsanti ca mahadyasah.
Mantratastu smrddhãni kulãnyalpa dhanãnyapi, kulasamkahyãm ca gachanti karsanti ca mahadyasah.
Artinya :
Keluarga yang kaya akan pengetahuan Veda, walaupun hartanya sedikit, mereka tergolong diantara orang-orang besar dan terkenal.
Keluarga yang kaya akan pengetahuan Veda, walaupun hartanya sedikit, mereka tergolong diantara orang-orang besar dan terkenal.
M. Dhs. XI. 57.
Brahmajjnata Vedaninda
kanta saksyam suhridwadah, garhitanadyayorjagdhih surapana samani sat.
Artinya :
Melupakan Veda, menentang Veda, memberi kesaksian palsu pembunuhan teman sendiri, memakan makanan yang dilarang, menelan makan-makanan yang tak layak sebagai makanan adalah enam macam kesalahan yang dosanya sama dengan minum sura.
Artinya :
Melupakan Veda, menentang Veda, memberi kesaksian palsu pembunuhan teman sendiri, memakan makanan yang dilarang, menelan makan-makanan yang tak layak sebagai makanan adalah enam macam kesalahan yang dosanya sama dengan minum sura.
M. Dhs. XI. 246.
Vedabhyaso’nwaham saktya
mahayajnakriya ksama, nasayantyasu papani mahapataka janyapi.
Artinya :
Mempelajari Veda setiap harinya, melakukan panca maha yadnya sesuai menurut kemampuannya, sabar dalam menderita, semuanya itu cepat atau lambat akan melenyapkan semoa dosa-dosanya walaupun dosa besar sekalipun.
Artinya :
Mempelajari Veda setiap harinya, melakukan panca maha yadnya sesuai menurut kemampuannya, sabar dalam menderita, semuanya itu cepat atau lambat akan melenyapkan semoa dosa-dosanya walaupun dosa besar sekalipun.
Dari uraian-uraian diatas itu jetaslah hahwa pengajian Veda
adalah sangat penting, baik untuk diri sendiri maupun akibatnya untuk
kesejahteraan umat manusia. Dalam hal ini, Maitri Upanisad IV. 3. menegaskan
bahwa adalah merupakan jaminan bagi seseorang akan mencapai kesempurnaan
melalui belajar Veda serta melakukan kewajiban-kewajiban dengan teratur.
Melakukan tugas kewajiban yang menjadi tugasnya adalah tingkah laku yang
menjadi azas kehidupan beragama dan itu adalah ketentuan. Kewajiban-kewajiban
seperti yang diwajibkan dan dianjurkan didalani Veda dan tidak nielanggar
kewajihan yang telah ditetapkan akan meningkatkan tingkat kehidupan manusia
karena sesungguhnya itulah yang dinyatakan sebagai kesucian yang layak. Inilah
pokok-pokok yang diajarkan didalam Maitri Upanisad IV. 3.
Disamping Maitri Upanisad, Chandogya Upanisad XXIII. I.
menegaskan hal-hal sebagai berikut : ,,Ada tiga kewajiban yang harus dilakukan
yaitu berkurban mempelajari Veda dan berdana (bersedekah); Itu adalah tugas
utama. Hidup bertapa merupakan kewajiban kedua sedangkan hidup berumah tangga
dengan mengajarkan Veda merupakan tugas yang ketiga. Semua itu akan membawa
kebajikan pada dunia. Ia yang tetap berdoa akan mencapai kesempurnaan.
Dan contoh-contoh diatas kiranya cukup jelas bagaimana Veda
itu dipopulerkan dan disebarkan sehingga menjadi milik setiap umat manusia.
Inilah pokok-pokok ajaran yang menjadi sendi kehidupan beragama menurut Hindu.
Untuk dimaklumi, bahwa petikan-petikan itu baru sebagian
kecil saja yang diketengahkan karena banyak sloka-sloka yang dapat dijadikan
titik tolak pembuktian yang bermanfaat sekali artinya dalam menghayati ajaran
penyebaran ajaran Veda itu.
VI.
PETUNJUK PENGGUNAAN VEDA
Dan uraian
diatas, luas lingkup materi Veda meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Didalam
mencari pasal-pasal yang diperlukan baik untuk pedoman maupun sebagai landasan
hukum didalam menilai berbagai aspek kehidupan masyarakat Hindu tanpa menyadari
sistimatika diatas itu tidaklah mudah meraba hakekat yang menjadi dasar pola
hukum yang terkandung dalam Veda untuk merumuskan seluruh tingkah laku manusia
yang disebut dharmika.
Menghayati Veda
tidak cukup hanya melihat aspek Sruti dan Smrtinya asia tetapi seluruh produk
Smrti dan Wibandha itupun perlu harus dihayati dan dikaji. Oleh karena itu
Bhagawan Wararuci (Kathyayana) didalam kitab Sarasamuccayanya seseorang
mempelajari pula Itihasa dan Purana karena mereka yang tidak menghayati
suplemen Veda itu tidaklah dapat menghayati Veda dengan baik.
Kebijaksanaan
dan kebahagiaan akan dapat dicapai bila seseorang telah benar-benar menghayati Veda
sebagai kenyataan. Dari Manusmrti II. 12. telah menegaskan bahwa kebajikan yang
merupakan hakikat daripada Dharma diwujudkan didalam dunia ini berdasarkan
norma yang tertera dan tersirat didalam Sruti, Smrti, Sadacara, Sila dan
Atmanastusti dan karena itu didalam menulis tingkah laku manusia,
lembaga-lembaga Hindu dalam lingkungan masyarakat Hindu tidak dapat lepas dari
norma-norma sebagai mana terdapat didalam berbagai sumber itu.
Tingkah laku
manusia bermasyarakat ditandai oleh berbagai jenis menurut pribadi maupun
secara bermasyarakat, memiliki menentukan dimana kita akan memperoleh sumber
hukum yang dapat dipergunakan didalam mencari materinya. Sebagai gambaran
perbandingan yang mudah. Vedasruti adalah merupakan UUD agama Hindu sedangkan Vedasmrti
adalah UUP agama Hindu. Sebagai undang-undang agama, materi isinya sangat luas,
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu ciri-ciri dari
tiap-tiap jenis buku dengan pokok permasalahan yang menjadi dasar isi dari pada
kitab itu harus dihayati. Sebagai halnya seorang ahli hukum yang hendak mencari
pasal mengenai bidang hukum perdagangan ia harus mencari didalam kitab hukum
Dagang dan tidak didalam kitab hukum agama atau syariat agama Hindu harus dicari
didalam Dharmasastra sedangkan untuk tatalaksana ritual harus dicari didalam
kitab-kitab Brahmana, Grhyasutra, Srautasutra dan lain-lainnya.
Inilah yang
harus dihayati dan dipegang sebagai pedoman didalam mengkaji segala
permasalahan hukum dan ajaran agama. Memang harus disadari bahwa materinya
kadang-kadang overlaping antara satu buku dengan buku yang lain. Kadang-kadang
terdapat pula kekaburan isi yang sulit dipahami oleh orang-orang awam. Akan
lebih sulit lagi kalau sampai didalam pelaksanaan ajaran agama itu tidak dapat
perumusan-perumusan yang tegas sehingga tidaklah mudah bagi seseorang
menentukan mana yang besar dan sah menurut ajaran Hindu.
SUMBER
:
·
Manawadharmacastra.
(G. Pudja, M.A. dan Tjok. Rai Suddharta M.A.).
(G. Pudja, M.A. dan Tjok. Rai Suddharta M.A.).
·
Vedaparrikrama.
G. Pudja M.A. (1971).
G. Pudja M.A. (1971).
·
Sarasamuccaya.
I.N. Kadjeng DKK. (1970).
I.N. Kadjeng DKK. (1970).
·
Beberapa Buku Bacaan dan Artikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar